MENAHAN GODAAN

 


Faksi : Menahan Godaan

Menu sudah terhidang di meja. Variasi makanannya sungguh mengoda selera. Tuan rumah pastinya sudah berusaha keras untuk menjamu kami dengan hidangan spesial yang beraneka ragam. Ada plecing, beberuk, sop ikan, goreng ikan, sayur lebui, lengkap dengan kerupuk. Semakin lengkap lagi dengan adanya irisan pepaya dan es kelapa muda. Siapa yang tak akan tergoda?

Namun, ada keraguan dalam hatiku, antara menyantap hidangan itu atau tidak. Tapi batinku segera berbisik, tak sopan bila aku tak makan. Sama dengan tidak menghargai kebaikan tuan rumah. Walah, harus bagaimana yah?

Tapi baiklah, untuk menghormati tuan rumah, aku makan yang bisa kumakan. Aku menyendok nasi dan sepotong ikan goreng, lalu dituangi sayur lebui. Itu saja. Hmm, terasa nikmatnya ikan goreng bumbu yang gurih, dengan kuah sayur lebui yang segar. Kacang kedelai hitamnya begitu empuk. Dilengkapi kerupuk udang yang gurih. Lengkap sudah kenikmatan yang kulahap.

"Dicicipi plecingnya, Mbak," kata tuan rumah sambil mendekatkan piring berisi plecing ke dekat piring makanku.
"Waduh, ngomongnya gimana yah?" bisik hatiku bingung sesaat.

"Oh, iya. Maaf ya, Mbak. Aku tak makan sayuran hijau lagi sejak asam uratku sering kambuh," jawabku, sementara hatiku merasa tidak enak juga menolaknya. "Padahal, pastinya sedap sekali plecingnya. Tapi apa boleh buat," sambungku.

"Oh, gak apa-apa, Mbak. Maaf, aku gak tahu kalau Mbak dah gak makan sayur-sayuran itu," kata tuan rumah. Sepertinya ada kekecewaan di rona wajahnya. Entahlah, aku tak bisa menafsirkannya. Hanya aku takutkan ia kecewa karena aku tidak menghargai jerih payahnya memasak semua hidangan itu.

"Tapi, terima kasih, lho. Mbak sudah capek-capek menyiapkan semua ini untuk kami," aku berusaha mencairkan suasana. Untungnya, suami dan anak-anakku menyantapnya.

"Wah, sedap sekali plecingnya, Mbak. Makanan ini baru saya temukan di sini. Sambalnya bikin seger," ujar suamiku, sambil menyendok lagi plecingnya." Kangkungnya empuk, kok rasanya lain sama di tempat kami," sambungnya.

"Makasih, Mas. Kalau di Jawa pake sambal kacang ya? Jadinya pecel," kata tuan rumah.

"Iya, pecel. Kelihatannya kangkungnya kangkung air ya, Mbak?" tanyaku.

"Iya, kangkung yang sengaja ditanam di air," jawab tuan rumah.

"Pantesan terlihat empuk dan renyah. Di tempat kami jarang kangkung air. Pedagang sayur umumnya menjual kangkung darat. Jadi gak bisa seempuk itu kalau dimasak," kataku.

Aku berusaha memperlihatkan bahwa aku menghargai hidangan yang disajikan itu. Namun, aku juga berusaha tidak tergoda untuk menyantap semuanya. Sebabnya adalah penyakit asam urat yang sudah menerjangku sejak aku menginjak usia berkepala lima.

Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh banyak tenaga kesehatan, membuktikan ada hubungan signifikan antara bertambahnya usia dengan penyakit asam urat. Semakin bertambah usia semakin banyak yang menderita penyakit tersebut.

Asam urat adalah penyakit dari sisa
metabolisme zat purin yang berasal dari sisa makanan yang kita konsumsi. Asam urat merupakan senyawa yang ada karena adanya hasil metabolisme purin dalam tubuh. Asam urat merupakan substansi akhir dari hasil metabolisme purin dalam tubuh.

Beberapa jenis makanan yang bersumber dari hewani dan memiliki kandungan tinggi akan purin diantaranya, Jeroan (hati, limpa, babat), ternak (daging sapi, daging kuda dan daging kambing), olahan (kornet, sarden, keju dendeng,dll), unggas (daging bebek, kalkun dan juga angsa), seafood (kepiting, udang, sarden,kerang, dll) (Andry, Saryono dan Arif Setyo Upoyo, 2009). 

Pada sumber lain, dinyatakan bahwa sumber pemicu asam urat tinggi adalah kacang-kacangan, sayuran hijau, taoge, kubis, dan sebagainya.

Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya. Penyakit ini sering disebut penyakit gout atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat (ibid)

Lalu apa hubungan antara asam urat dan usia manusia? Menurut Theodore Fields, MD, profesor dan ahli sendi, bahwa semakin tua seseorang, risiko menderita asam urat akan semakin besar, Pasalnya, usia yang menua berarti fungsi ginjal berkurang. Hal ini berakibat pada kadar asam urat yang bertambah.

Bukan hanya pernyataan teori, tapi memang aku merasakan sendiri, setelah memakan makanan yang memiliki kadar purin tinggi, asam uratku kumat. Yang paling parah aku derita setelah lebaran Idul Fitri yang lalu. Sampai-sampai jalan pun susah, sakit menusuk-nusuk di pergelangan kaki dan lututku. Salat pun tidak bisa khusuk, karena hanya mampu sambil duduk di kursi. Butuh waktu setengah bulan untuk sembuh.

Nah, sekarang aku lebih baik menghindari makanan pemicu penyakit itu dari pada aku merasakan sakit yang cukup membuat derita.

Teman-teman yang sudah berusia kepala lima, mari kita jaga asupan makanan untuk tubuh kita. Biarlah kehilangan beberapa nikmat dari pada menderita sakit. Siapa yang mau menjaga agar kita tetap sehat kalau bukan kita sendiri? Salam sehat.


Refrensi:
Andry, Saryono dan Arif Setyo Upoyo. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang
MempengaruhiKadar Asam Urat Pada
Pekerja Kantor di Desa Karang Turi,
Kecamatan Bumiayu, Kabupaten
Brebes. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of
Nurshing). 4 (1: 26-3)

https://health.kompas.com/read/2020/06/23/200100168/15-makanan-penyebab-asam-urat-selain-emping?page=all#page2



Komentar

  1. Informasi yang bermanfaat, Ambu. Semakin bertambah usia harus lebih hati-hati untuk tidak sekadar mengikuti selera.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, hehee.. sudah kehilangan banyak nikmat..

      Hapus
  2. Betul sekali Ambu, saya juga sekarang mulai mengurangi makan sayuran hijau. Padahal itu makanan ke sukaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu. Urang sunda mah tidak lengkap makan tanpa lalab. Tapi apa boleh buat..

      Hapus
  3. Terimakasih Ambu..sudah mengingatkan.. Semakin tambah usia kita harus semakin berhati-hati.. .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu. Walauoun dudah bnuk kehilangan nikmat, bersyukur aja. Yg pnting kita sehat. Salam sehat ya Bu..

      Hapus
  4. Semangat ambu... semoga asam urat tak mengurangi kenikmatan dalam mencicipi setiap hidangan... sala sehat💪💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Neng, nikmat sehata lebih dari nikmat makanan itu hehe.. salam sehat..

      Hapus
  5. Waaahh dari sebuah foto makanan, bisa dijadikan edukasi kesehatan pada ending tulisan. Terimakasih Ambu, joss sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih apresiasinya, Mas Indra.. salam sehat..

      Hapus
  6. Informatif, Ambu...

    Mas Suami suka banget sama Kangkung harus waspada nih 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, jangan kebanyakan aja. Tapi.memang kangkung itu pantangan no 1 setelah toge hahaha..

      Hapus
  7. Wah bunda bikin ngiler ya makanannya. Sambil ngebayangin bagaimana rasanya plecing. Apalagi beberuk dengarnya juga baru sekarang. Eh di tempat sy beberuk malah nama binatang yg sdperti monyet tapi lebih gede. Ambu tulisannya semakin bagus dan berkualitas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bun. Beruk kali itu monyet gede, hehe..
      Makasih apresiasinya. Tulisan Bu hasanah juga mantap banget..

      Hapus
  8. Subhanallah, jadi makanan yang bisa dimakan apa saja Ambu?

    BalasHapus
  9. Dari makanan menjadi lengkap informasinya. Mantap ambu.

    BalasHapus
  10. Betul ambu menjaga pola makan agar sehat. Sama seperti suami saya yang agak hati-hati saat memilih makan. Sehat terus Ambu!

    BalasHapus
  11. Mantap Ambu, makan sekalian belajar. Keren faksinya.

    BalasHapus
  12. wah mantap... kenyang sambil dapat ilmu... hatur nuhun ambu...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INDAHNYA NAN MERAYU

SEPULUH HARI PERTAMA DI TAHUN BARU Dalam Akrostik

Akrostik: Merdeka Bangsaku