DUA JAM BERSAMA NENG GEULIS

 
“Berbagi adalah salah satu cara ampuh untuk belajar,” quotes yang bijaksana.

Adalah narasumber Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd, yang membuka kuliah online malam ini dengan quotes bijaksana di atas.” Saya sungguh berbahagia bisa berbagi bersama Bapak dan Ibu semua,” sambungnya.

Dari tutur katanya yang bijaksana walaupun usia masih belia, saya bisa menilai bahwa narasumber yang lahir 30 tahun yang lalu ini sangat dewasa. Ya, dewasa karena karya. Ternyata karya yang diciptakan seseorang bisa mencerminkan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Ini pendapat saya, bolehkan?

Narasumber yang lahir di Subang, tanggal 23 Mei 1990 ini membagikan pengalaman beliau terkait menulis dan menerbitkan buku. Begitu ringan saya memahami materi-materi yang disampaikan beliau dengan lugas dan jelas. Karena memang yang dibahas itu sesuai sekali dengan yang saya hadapi selama belajar menulis, banyak kendala yang dihadapi baik secara kemampuan maupun kesempatan. 

Ternyata ada 5 power points yang beliau share untuk mengatasi kendala dalam menulis. 

1. Ikuti Kelas menulis. 

Nah kalau ini insya Allah sudah saya lakukan. Ada 3 kelas yang saya ikuti dalam waktu yang bersaman. Tujuannya agar mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal menulis. Bu Ditta benar dengan mengikuti kelas menulis selain mendapatkan ilmu juga mendapat motivasi, tips dan trik menulis. Dan satu lagi kejutan tak terduga. 

Wow satu pengalaman ini, saya juga merasakan bagaimana bahagia dan bangganya ketika tulisan kita terpilih, menjadi satu diantara sembilan tulisan terpilih dalam blog yang mendapat hadiah buku dari Omjay. Bukan bukunya tapi nilainya, tak tergantikan oleh apa pun! 

2. Bergabunglah dengan komunitas menulis. 

Untungnya kelas menulis ini ada dalam komunitas – Komunitas Sejuta guru Ngeblog (KSGN). Narasumber benar dalam komunitas ini kita bisa saling berbagi. Dengan saling mengunjungi blog sesama peserta banyak sekali ilmu tentang menulis bisa diperoleh sehingga kemampuan menulis bisa terasah. 

3. Ikut Lomba ? 

Wah kalau tips ke-3 ini saya agak jiper. Belum percaya diri, karena merasa masih jauh panggang dari api. Walaupun pernah beberapa tahun lalu ikut lomba KTI dan hanya mendapat juara ke-2 tingkat kabupaten, dan selanjutnya tenggelam bersama kesibukan rutinitas tugas sebagai abdi negara. 

Sampai sekarang, tidak terasa usia sudah tidak muda lagi, rasanya sudah tidak ada minat untuk berkompetisi. Teman-teman yang masih muda ayo unjuk gigimu. 

4. Tulis apa yang ada di sekitar atau yang kita alami hari ini. 

Jadi ingat istilah ngemil nulis dari pak Suparno, penulis dan juga bloger. Atau quatesnya Omjay “menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi” 

Saya tulis apa yang saya rasakan, saya lihat dan saya alami, di blog saya, dan beberapa hanya untuk disimpan tidak untuk dibagikan. Ada kepuasan tersendiri ketika suatu waktu saya buka-buka kembali catatan-catatan yang saya torehkan tersebut. 

5. Tulislah apa yang kita suka 

Hmmm... apa yang saya suka yah? Yang jelas sekarang ini yang saya suka adalah menulis. Menulis apa saja yang tiba-tiba menginspirasi dan tidak mempertimbangkan berharga atau tidak untuk ditulis. Bahkan kalau satu hari saja saya tidak menulis rasanya ada yang terlewat. Seperti habis makan tidak minum, hehe.. 

Menulis dan Menerbitkan Buku 

Bu Ditta mengatakan, “Kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa kita bukukan loh. Banyak alumni menulis bersama Omjay yang sudah membuktikan. Senang sekali rasanya melihat satu per satu semakin banyak yang membuahkan karya tulis dalam bentuk buku.” Semoga sayapun bisa ya Neng geulis.. ( geulis= cantik, bahasa Sunda) 

Ada 2 jenis buku yang bisa ditulis yaitu buku sola adan kolaborasi, apa bedanya? 

Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi 

1. Tema dan waktu, untuk buku solo tentu kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau beresnya. Sedangkan jika menulis bersama, tentu tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang dijadwalkan. 

2. Proses pengajuan ke penerbit, Enaknya kalau kolaborasi dan kita jadi peserta itu, prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dan lain-lain tentu harus diurus secara mandiri. 

3. Biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah. Walaupun buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja (tapi tak jarang ada juga yang dicetak banyak terutama bila diterbitkan di penerbit mayor). 
 .
Buku solo pertama Bu Ditta.                                                   
“Ditulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi dari anak didik saya. Setiap ada kejadian unik, atau meminjam istilah Munif Chatib yaitu "momen spesial", segera saya catat.Karena saya basicnya lebih senang tulisan fiksi, maka saat ada kesempatan, saya tuangkan dalam bentuk cerpen.” Kata narasumber

“Nah kalau yang ini saya tulis berkolaborasi di bawah asuhan Bu Kanjeng dan Pak Brian Prasetyawan,” lanjutnya. 


                                                     
Selain paparan di atas narasumber membagikan Tips-tips yang lain: 

1. "Menjaga mood agar tidak malas menulis itu mudah. Tinggal ubah mood kita jadi Heppi 😁 cara paling mudah mengembalikan mood adalah dengan tersenyum. Ambillah sebuah cermin, lalu tersenyumlah. Lihat betapa cantiknya Ibu. Betapa luar biasanya ibu. Betapa Tuhan telah menganugerahkan kita akal dan tangan untuk menulis. Jadi, mengapa tidak menulis sekarang?" Cakeeep! 

2. "Kumpulkan sesuai tema. Bisa dalam bentuk folder atau file. Misal buku solo pertama saya. Saya sudah siapkan folder khusus berjudul "Buku Ditta". Di dalamnya ada subfolder dan subfile berjudul Buku 1 .... Buku 2 ... dan seterusnya. Minimal 50-70 hlm kan sudah bisa cetak tuh. " Wow keren! 

3. "Jika sulit konsentrasi jika suasananya berisikcari suasana yang tenang dan nyaman." 

4. "Agar insting menulis tidak hilang, segera catat apa yang ingin kita tulis. Minimal garis besarnya. Oleh karena itu selalu sedia catatan dimana pun dan kapan pun. Atau simpan di hp dan laptop. Atau draft di blog. Ingat, usahakan tulis garis besar dari apa yang ingin kita tulis dari awal sampai akhir agar meski tidak selesai, kita bisa menuntaskannya di lain waktu."

5. "Menulislah dengan hati karena apa yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati pula." 

Itulah paparan narasumber yang bisa saya resum dan Neng geulis Ditta menutup kuliah dengan quotes “Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki.” 

Semoga saya dan teman-teman mengingat 5 power points di atas sebagai kenang-kenagan dari Neng Ditta. Terimakasih. Salam literasi.... 



Komentar

  1. Sangat runut dan enak dibaca. Semakin memukau tulisan bunda..

    BalasHapus
  2. "Bahkan kalau satu hai saja saya tidak menulis rasanya ada yang terlewat. Seperti habis makan tidak minum, hehe.. " wah, ciri-ciri penulis hebat nih 👍🏻 mantaappp

    BalasHapus

  3. Resume yang lengkap bunda, tanpilan menarik dan enakndibaca. Keren...tetap semangat

    BalasHapus
  4. Ulasan yg bagus bu, salam literasi

    BalasHapus
  5. Resumenya lengkap, tampilannya bagus banget bu Tini, mantap

    BalasHapus
  6. Suka banget sama tulisan ini.. saya lagi buntu utk menulis..maka nya resume belum jadi2 hehe

    BalasHapus
  7. Resume yang mantap, Bu Tin. Tinggal perbaikan minor pada salah ketik saja. Misalnya, quates, insya Allah, bolehkan. Tabik. 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren kalau sama editor mah ketemu aja yg salahnya.. syukron Mas Mo...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENAHAN GODAAN

Kata, Rasa, dan Rupa Kehidupan dalam Akrostik

INDAHNYA NAN MERAYU