Mengejar Angan Menerbitkan Buku
2 Nopember 2020, malam
“Sleb,” rasanya
menembus inti kepalaku, melerai selaksa gundah yang bergelut dalam hati. Serasa
ada teman berbagi dari himpitan beban yang kutanggung. Kalimat itu begitu
menarik dan menjadi penawar rasa yang tak menentu yang beberapa hari ini mendera
pikiran dan menguasai jiwaku.
Ya, menulis buku
itu berat, dan aku harus menanggungnya demi sebuah keinginan yang sejak lama
aku pendam. Ingin menulis buku dari hasil karya-karya ilmiahku, sebuah pun tak apa. Akan terpuaskan rasanya
hati ini bila kelak memegang sebuah buku karya sendiri yang berhasil
diterbitkan oleh penerbit mayor, ah.. berangan yang terlalu tinggi, mana ada
penerbit mayor akan menerbitkan buku konversi dari sebuah karya tulis ilmiah.
Sebenarnya tak
kupersoalkan banget tentang penerbit
mana yang akan kupilih, kalaupun akhirnya ke penerbit indie pun tak mengapa.
Yang jadi persoalan adalah ternyata sulit menulis ilmiah itu karena perlu
banyak buku referensi. Walaupun KTI itu sudah jadi dengan pembimbingan yang
begitu ketat tapi tetap saja ketika dikonversi menjadi sebuah buku masih banyak
kurangnya. Harus ditambah, diperluas kajian-kajian pusakanya.
“Lho, Mamih masih
di depan laptop? Lihat sudah jam berapa ini?”gadis bontotku terbangun dari tidurnya dan membuyarkan
fokusku, lalu kulirik empat angka di sudut bawah laptopku, 00.47!
“Iya nih Mama
berusaha menulis resume kuliah malam ini, tadinya sih mau digarap besok pagi
aja, eh ada yang menarik ini,” Sahutku.
“Apa tuh Mih?”
tanyanya sambil melirik ke gambar slide dari narasumber.
“Nih, lihat aja,”
jawabku.
“Bapak Joko Irawan
Mumpuni, Narasumber kuliah malam ini,” jawabku.
“Pasti penulis
hebat ya Mih?” tanyanya.”Iya benar, beliau itu Direktur Penerbitan dari
perusahaan penerbit yang besar, Penerbit Andi, penulis profesional juga, dan
Ketua IKAPI Yogyakarta,” sambungku.
“Emangnya
materinya tentang apa, Mih?” tanyanya lagi. “ Menulis Yang Diterima Penerbit,”
sahutku.
“Wah pantas dong
bagi penulis andal apapun jadi bahan tulisan yang menarik. Udah mamih besok
lagi aja sih nulisnya, dah malem banget ini, tar meriag lagi. Tadi sore juga
dikerik sampe merah-merah gituh,” pintanya.
“ Iya dech,”
sahutku dan mulai kumatikan laptopnya, besok pagi akan kulanjutkan menulis
resumenya.
3 Nopember 2020, pagi.
Kulanjutkan
menulis resume yang tertunda tadi malam. Kuputar kembali voice note demi voice
note yang disampaikan Pak Narasumber.
Ternyata yang
melatarbelakangi tema yang disampaikan adalah karena beliau melihat para guru
yang hebat di grup belajar menulis kami ini, telah mumpuni menulis tetapi karena kurang informasi sehingga tidak
tahu naskah seperti apa yang dimaui penerbit.
KELOMPOK-KELOMPOK PRODUK BUKU
Pertama beliau
menyampaikan pengetahuan tentang produk buku di pasar yang sudah lazim digambar mirip dengan
sirip ikan yang menggambarkan 2 kelompok
besar buku. Mengapa ini penting kita pahami? Agar sejak awal kita bisa
menentukan jenis buku apa yang akan kita tulis.
Gambar kelompok buku
Jadi merenung nih, jenis buku apa ya yang akan kutulis? Tapi memang sejak awal aku ingin bisa menulis buku hasil konversi dari KTI-KTI yang lama tersimpan di laptop. Menjadi jenis buku apa yah nantinya? Oh mungkin buku non-teks ilmiah populer pikirku menebak-nebak. Ya harus aku mantapkan niatku untuk menulis dan menerbitkan buku non-teks yang masuk kategori pengetahuan umum. Bisakah?
Alhamdulillah
menjawab tantangan itu sudah 1 minggu lebih berjalan aku mengikuti kursus online mengubah KTI menjadi buku bersama
Media Guru, karena aku berprinsip dari mana dan kepada siapa saja belajar ini
dan itu dalam waktu bersamaan itu lebih baik agar bisa terwujud cita-citaku
hasil karya sendiri yang pastinya akan tertoreh dalam sejarah hidupku, semoga
bukan angan semata.
Sebenarnya
menulis buku boleh keroyokan. Artinya satu buku ditulis bersama-sama boleh
berdua, bertiga berempat dan seterusnya yang natinya akan berupa buku antologi
yaitu kumpulan karya-karya tulis dari beberapa orang penulis. Ada lagi buku
yang merupakan kumpulan tulisan dari beberapa lembaga. Seperti contoh-contoh buku yang
ditulis bersama
Wah bisakah aku menjadi penulis seperti yang disampaikan di atas? Sedangkan sebagai penulis pemula masih jauh panggang dari api untuk bisa menerbitkan buku.
TAHAPAN-TAHAPAN MENULIS BUKU
Kalau dilihat dari tahapan menulis yang diposing oleh Narasumber aku baru menempati level 4 How Do I Do? Teman-teman sudah menempati level yang mana? Lihat gambar berikut ya..
Berbicara tentang penerbitan, narasumber melanjutkan, ternyata industri penerbitan buku itu rumit karena melibatkan banyak pihak terkait, seperti perusahaan yang memiliki banyak karyawan, ketika menerbitkan 1 judul buku saja bisa dibayangkan bahwa penulis itu sudah berjasa menghidupi banyak orang karena karyanya bila buku itu terjual dan diminati banyak orang.
Pertumbuhan
industri penerbitan di Indonesia yang kurang dibandingkan negara-negara lain
hal ini disebabkan oleh budaya literasi bangsa kita yang kurang minat membaca
dan menulis. Bangsa kita mengisi waktu senggangnya dengan menonton dibandingkan
membaca, dan lebih senang ngobrol ngalor ngidul daripada menulis. Padahal sejatinya orang yang
pandai berbicara sudah pasti pancai menulis, karena bahan dia sudah punya
tinggal diasah bagaimana menuliskannya.
ALUR PROSES NASKAH MENJADI BUKU
Narasumber melanjutkan pemaparannya bagaimana proses naskah menjadi buku di penerbit mayor. Alurnya sebagai berikut:
1.
Setelah
menulis kirimkan ke penerbit.
2.
Penerbit
mempelajari untuk kemungkinan penerbitannya, hasilnya diterima atau ditolak,
dikembalikan kepada penulis.
3.
Mengirim
surat resmi melalui email pemberitahuan bahwa buku akan diterbitkan dan diminta
penulis mengirim softcopy.
4.
Penerbit
mengedit, membuat disain cover, setting isinya , ukuran buku dan sebagainya.
5.
Sebelum
dicetak dikembalikan kepada penulis untuk diedit kembali, dan dikembalikan ke
penerbit bila sudah fix.
6. Cetak buku secara masif.
Naskah yang bagaimanakah yang akan diterima oleh penerbit mayor?
1. Tema naskah tidak populer tapi penulis populer.
2. Tema populer penulisnya populer.
3. Tema populer walaupun penulis belum populer.
Yang tidak diterima adalah naskah yang tidak populer dan ditulis oleh penulis
yang tidak populer.
Nah itu yang bisa saya rangkum dari meteri kuliah online tadi malam dan berikut gambar slide yang diposting Pak Narasumber sebagai penutup.
Waah keren narasinya bu
BalasHapusMakasih apresiasinya
HapusGabungan ilustrasi berupa dialog dan uraian yang mantap, Bu Tin. Sedikit masukan untuk bekal swasunting, yaitu penggunaan tanda baca. Kalau boleh jujur sebagai pembaca saya, maaf, agak terganggu dengan pemakaian tanda baca yang kurang rapi. Tabik. 🙏
BalasHapusMakasih Mas Mo masukannya, memang tanda baca itu yg kadang lupt dari swasunting hehe..
Hapussampai jleb saya bacanya bu...
BalasHapusHehehhe... semangat bu Nung...
HapusResumenya keren, semangat terus bu tin.
BalasHapusMakasih bu Ida...
HapusSemangat ibuu...
BalasHapusSemangat juga Pak Didi..
HapusSemakin keren bu Tini, pembukaan ada cerita. Semangat
BalasHapusMakasih apresiasinya bu Jumi...
HapusMasa?
BalasHapusMenarik sekali resumenya Bu. Mantap
BalasHapusMakasih apresiasinya bu Budi..
Hapuswah renyah nih resume nya..sukses bun
BalasHapusHehe.. suks3s juga tuk pak Den Asikin..
Hapus