MENULIS ALA SANG TRAVELLER

 

Jadi malam ini saya akan banyak bercerita pengalaman saya menulis bedasarkan perjalanan,” kata Pak Taufik Uieks memulai paparannya. Narasumber yang lahir tahun 1961 adalah seorang traveller, blogger dan tentu penulis dan bekerja di bidang maintenance pesawat terbang.

Sampai saat ini Pak Taufik sudah menjelajah kurang lebih 70 negara, yang beliau lakukan sejak 30 tahun yang lalu. Beliau mendapat kesempatan ke luar negeri baik karena kedinasan ataupun sengaja berlibur. Kisah perjalannya selalu beliau rekam baik dalam foto-foto maupun tulisan.

Ada yang menarik dari kisah-kisah yang dituliskannya dalam buku. Beliau memberi judul kecil pada bukunya:

        1. Bukan Jalan-Jalan Biasa, pada Judul Buku Jejak Langkah menuju Baitullah,  jilid 1-3 tahun 2020.

        2.  Mengembara ke Makam dan Kuburann di Mancanegara, pada judul Buku Tamasya ke Masa Depan, jilid 1 dan 2.

       3.    Mengembara ke Masjid -Masjid di Pelosok Dunia ,  tahun 2015.

      4.     1001 Masjid di 5 benua, 2016

 

Selain dalam buku belaiu mengabadikan kisah perjalannanya dalam bentuk artikel di majalah-majalah seperti Intisari, Majalah Angkas, Majalah Colour Garuda, dan juga dalam blog beliau.

Menurut Ambu, kisah perjalanan yang ditulisnya tidak seperti  kebanyakan orang menulis kisah travellingnya, yang biasanya fokus pada kesannya tentang  keindahan alam dan budaya yang dilihatnya. Karena memang destinasi wisata yang kita tuju biasanya adalah tempat-tempat indah yang memanjakan mata sesuai dengan tujuannya yaitu refreshing.

Adalah branding beliau- sebagai jawaban atas pertanyaan Ambu- karena suka travel, suka belajar sejarah, bahasa, sastra dan sedikit misteri, makanya beliau menulis tentang travel, tentang bahasa,  sejarah dan juga sesekali tentang misteri.

Ya, terjawab sudah rasa penasaran Ambu kenapa menulis tentang mesjid, tentang kuburan? Ternyata beliau sengaja berkunjung ke berbagai mesjid di seantero dunia karena beliau tertarik pada sejarahnya dan juga peristiwa-peristiwa di masa silam seputar mesjid-mesjid yang beliau kunjungi.

Beliau bilang dengan mengunjungi mesjid-mesjid kita akan tahu kehidupan muslim di sekitarnya bahkan sejarah awal dan perkembangan Islam di daerah tersebut. Kiprah beliau mendapat perhatian dari media luar negeri, bisa dibaca  di sini

Begitu pula dengan mengunjungi kota orang-orang mati -makam-makam- orang-orang terkenal di berbagai belahan dunia, beliau ingin menukil sejarah yang terjadi mengenai  peristiwa yang menimpa orang-orang tersebut pada masa silam. Selain itu tidak jarang beliau menemukan misteri di baliknya.

            Lalu bagaimana cara beliau mengabadikan kisah perjalanannya? Ternyata beliau melakukan 6  langkah berikut:

1.      Mengamati

2.      Membuat foto

3.      Diskusi wawancara

4.      Mencari informasi tambahan

5.      Mencari keunikan

6.       Merangkum dalam tulisan

Berdasarkan foto yang ada kita bisa mengingat kembali keadaan ruangan arsitektur bangunan dan sebagainya. Juga perhatikan siapa saja yang ada, bagaimana suasana di sekitar, bagaimana cuacanya, dan sebagainya.

Ya dari sebuah foto kita bisa mengenang kembali keadaan seaktu kita disana . Kita gambarkan situasi mya keadaan sekitar atau bangunan yang kita amati . Lalu kita tuangkan dalam tulisan . Misalnya dalam buku tentang masjid , beliau gambarkan: suasana ruang sholat, mimbarnya, mihrabnya, sajadah dan karpetnya, dinding dan langit-langitnya, orang yang sedang sholat, dan bisa juga isi khotbah. Singkatnya, dari satu foto saja bisa jadi satu halaman

Supaya menarik dan enak dibaca, gunakan gaya bahasa yang bervariasi. Alurnya jangan monoton, gunakan teknik teknik menulis. Kadang kadang pakai flash back. Rahasianya agar menarik adalah usahakan kita mencari hal unik yang ada di suatu tempat, sejarah yang menarik, juga judul yang membuat penasaran pembaca

Kemudian kita bisa menceritakan pengalaman kita travelling dengan foto foto dan menuliskan nya untuk majalah agar bisa dinikmati orang banyak. Dalam hal inilah Pak Taufik memiliki tujuan beliau menulis adalah untuk berbagi kisah kepada pembaca.

Melalui tulisannya yang simpel, sederhana dan menarik, orang banyak akan tahu tentang apa, di mana dan bagaimana suatu tempat yang beliau kunjungi, seolah ikut serta berkunjung. Dan ini sangat bermanfaat bagi orang yang mungkin tidak akan bisa pergi ke tempat tersebut.

Kemudian bagaimana cara beliau mencari informasi tambahan untuk tulisannya? Sederhana, katanya. Kalau kita ke masjid atau tempat wisata biasanya ada prasasti mengenai sejarah masjid . Kita bisa Wawancara imam masjid atau penduduk setempat . Kadang kadang ada brosur.  Atau kalau mau tambah kaya bisa cari info di internet . Misalnya sebuah masjid di Wellington Selandia baru bercerita bahwa yang membawa Islam ke Selandia baru adalah pekerja tambang dari Cina .

Tips yang beliau sampaikan bila melakukan perjalanan apalagi ke mancanegara ada baiknya kita mengetahui juga sedikit banyak mengenai budaya, bahasa , kebiasaan dan sejarah tempat yang dituju. Ya, tentu saja ini sangat berguna ketika kita ingin meminta informasi tentang sejarah atau peristiwa yang pernah terjadi di suatu tempat yang kita kunjungi.

 Lalu bagaimana menulis menjadi buku? Beliau  menulis buku adalah kompilasi beberapa artikel dengan tema yang sama.  Misalnya mengenai perjalanan ke masjid-masjid. Setiap mesjid yang dikunjungi ditulis dalam satu artikel, kemudian  dikumpulkan dan kalau sudah banyak bisa menjadi buku. Wow, suatu trik yang bisa ditiru.

Ngomong-ngomong, apa tujuan Pak Taufik Uieks menuliskan kisah perjalannya? Ternyata tujuan utama beliau  lebih untuk kemanusiaan . Dengan menulis tempat tenpat di mana negara kita visa belajar bahwa manusia dimana saja sama saja . Ada yang baik dan buruk. Mata hati kita jadi lebih terbuka atas keberagaman manusia.

Kita tidak akan sombong membanggakan bahwa negeri kita saja yang paling indah, bahwa bangsa kita yang paling sopan, atau  makanan kita yang paling enak.  Tapi kita akan lebih terbuka mengenai perbedaan budaya bahasa seni dan lain lain.

Life is a journey. So just enjoy the life that flows like water. (Taufik Uieks)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENAHAN GODAAN

Kata, Rasa, dan Rupa Kehidupan dalam Akrostik

INDAHNYA NAN MERAYU