PUISI DARIK

 



Di SEBUAH PERJALANAN

Oleh : Tini Sumartini

 

Dua puluh enam tahun

Terbingkai kisah dalam kenangan

Mengabdikan diri mengukir wiyata

Berlalu sudah kutinggalkan jua

 

Saatnya diri mandiri

Menjemput sebuah   harapan

Di balik belantara

 

Menggapai mimpi

Anak negeri

 

Prihatin.

 

Sungguh

 

Iba menyayat

Kenyataan bersahaja

 

Mereka anak negeri

Miliki haknya juga

Menggapai masa depan

 

Namun sekolah  nan miskin

Tanpa guru, tanpa prasarana

Bagaimana mereka gantungkan harapan?

Diamanakah keadilan bertengger adanya?

 

Cipanas, 31 Desember 2020


Senja

Oleh: Ambu Guru

kemilau jingga di cakrawala
Semburat indah meronakan senja
Sang bagaskara kan tenggelam
Andam di balik ancala.

Pendar di ufuk barat
Memancar aura jelita
Menggugah rasa, takjub

Seruan membahana
Bersahut, menyeru

Syahdu.

Saatnya hai insan buana
Gelarkan sajadah ikhlaskan niatmu
Dirikan shalat leraikan amarah
Bersimpuh, bersujud nan khusyu

Derukan tasbih tahmidmu
Untaikan doa istigfarmu
Biarkan menembus nabastala

Yaa Rohman
Yaa Rahim

Robbigfirlii.


Cipanas, 3 Januari 2021









Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Mantaappppp Bu...puisi jenis baru lagi ya..

    BalasHapus
  3. Mantap balutan kata dalam puisi yang menggugah jiwa

    BalasHapus
  4. Saya larut dalam puisi darik-nya, Ambu. Rasanya ikut larut dalam kepedihan kenyataan Pendidikan di beberapa wilayah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mas Mo, horee Ambu bisa juga bikin Darik hehe.. makasih ilmunya...

      Hapus
  5. Ahhh ini yang saya cari-cari.
    Puisi DARIK!! (sempat diberi tahu pak bianglala, Namun terlupa!!)
    Terimakasih Bu, Puisinya keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini perpaduan patidusa dalam darik
      mengawinkan ilmu 2 besan hahahha....

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENAHAN GODAAN

Kata, Rasa, dan Rupa Kehidupan dalam Akrostik

SEPULUH HARI PERTAMA DI TAHUN BARU Dalam Akrostik