Sebuah peristiwa yang Mengharu Biru
Suatu hari di
bulan April 2017, pukul 03.00 dini hari. Saya dan tiga orang teman sudah berada
di angkot menuju Bogor. Perjalanan yang
akan ditempuh sejauh kurang lebih 60 KM menuju Stasiun Bogor. Sebuah perjalanan
di semester terakhir untuk kuliah S2 di Unindra PGRI Jakarta. Saat itu kami
memakai seragam almamater karena akan mengikuti UTS. Ujian akan dimulai pukul 07.00 tepat. Seperti biasa
kami anggap perjalanan ini refreshing agar kami selalu menikmatinya.
Satu jam berlalu.
Tiba-tiba segerombolan orang menahan laju angkot yang kami tumpangi. Tidak
jelas terlihat, gelap, karena berada di tengah-tengah
hutan sawit. Pak sopir pun memberhentikan angkot. Tentu kami semua cemas dan
takut. Tapi kemudian kami ketahui bahwa orang-orang itu sopir-sopir yang
kendaraannya berhenti di depan kami. Ternyata terjadi antrean panjang kendaraan
yang berhenti. Ada apa gerangan? Ternyata kami tidak bisa melanjutkan
perjalanan. Satu KM di depan ada mobil tangki BBM terguling dan terbakar.
Jalanan ditutup, tidak boleh ada orang lewat, hawatir terjadi ledakan susulan.
Saat itu sedang dilakukan evakuasi. Bagaimana jadinya dengan kami? Harus sampai
jam 07.00 di kampus?
Di tengah
kebingungan, pak sopir mengajukan ide. Kami bisa meneruskan perjalanan dengan
jalan kaki melewati belakang pemukiman warga di mana TKP berada. Kami pun
berjalan kaki dengan diantar pak sopir yang sudah berpengalaman. Satu kilometer
kami berjalan melewati antrean kendaraan, jadi tidak menyeramkan walaupun
berjalan dalam gelap di tengah hutan. Sampailah kami ke TKP, dan tidak boleh
lewat jalan raya. Lalu pak sopir mengajak kami ke belakang pemukiman. Jalan setapak
yang becek dan gelap . Tiba-tiba jalan terputus oleh selokan. Sebenarnya bisa
kami lompati tetapi keadaannya licin.
Tiba-tiba pak sopir turun ke selokan untuk memegangi kami lompat ke seberang.
Ya Allah..
perasaanku tak karuan setelah seorang teman laki-laki, melompat dan terjatuh karena licin.
Tentu bajunya kotor oleh lumpur. Menghindari itu pak sopir rela menggendong
kami, ibu-ibu, satu demi satu sampai seberang. Untunglah tak lama ada mesjid,
jadi kami bisa bersih- bersih. Kaos kaki dan sepatu penuh lumpur, begitu juga
rok yang kupakai. Kami membersihkannya dengan air yang terbatas. Kaos kaki
kubuang daripada menghabiskan air.
Masih satu
kilometer kami harus berjalan kembali, dan pak sopir tidak mengantar lagi
karena sudah aman katanya. Takkan kulupa jasa pak sopir langganan kami itu.
Lalu kami berjalan melewati antrean kendaraan dari arah berlawanan. Alhamdulillah
ada satu angkot yang bersedia kami sewa dengan harga yang disepakati. Yang
penting kami sampai di stasiun pukul 5.00.
Seperti orang
yang baru terbangun dari mimpi buruk, kami saling curhat di sepanjang
perjalanan menuju stasiun yang masih memakan waktu satu jam. Ada teman yang
ingin menangis namun tertahan. Aku paham perasaan cemas dan kaget atas kejadian yang baru dialami. Dengan baju kami yang basah dan kotor, kami jalani dalam
dinginnya suhu di pagi buta itu. Aku mengabari teman-teman di chat grup WA
kelas kami. Semoga ada yang berkenan meminjamkan baju dan roknya, dan dibawa ke
kampus. Alhamdulillah banyak teman yang menawarkan. Aku ambil yang merespon pertama.
Aku merasa terharu, teman-temanku baik-baik.
Sesampainya di
stasiun kami bisa membersihkan noda-noda lumpur di pakain kami, dan bisa salat
subuh dengan khusu. Di dalam kereta
udara semakin dingin kami rasakan karena pakaian yang setengah basah. Namun, Alhamdulillah
akhirnya kami bisa sampai pukul 07.00 di kampus tercinta, untuk mengikuti Ujian Tengah Semester. Itulah sepenggal
pengalaman yang tak akan kulupa dalam perjalanan mengembangkan diri, memburu
ilmu.
Luar biasa Ambu, walau apapun yang terjadi tetap semangat ke kampusy waktu itu?🥰
BalasHapusIya Bu Sri, sama bu Tiwi, bu Rostia dan pak Parlan..
HapusPenuh perjuangan.
BalasHapusIya Pak De...
HapusLuar biasa semangatnya Ambu. Dan semua itu akan jadi kenangan indah.
BalasHapusBetul, takkan kulupa..
HapusMasyaallah...perjuangan yang sangat luar biasa Bu...
BalasHapusAlhamdulillah Pak, jd punya bahan cerita hehe..
HapusMantap bu perjuangannya luar biasa. Sy malah dicegat uka-uka bu di hutan sawit jam 12 malam pulang dr unindra
BalasHapusHiiiiiy.. serrrrŕem...
HapusBagus banget kisahnya
BalasHapusPerjuangan yg berat, diakhiri dengan keceriaan
Sehat selalu
Perjuangan itu membawa hasil ya ambu
BalasHapus