CATATAN KEPALA SEKOLAH SATU ATAP ( bagian 1)
13th Challenge
Suasana di Sekolah Baru
Sekolah baruku
adalah sebuah SMP satu atap dengan jumlah siswa terbanyak diantara semua SMP
satap di wilayah kami. Sekolah satu atap artinya lokasinya berdampingan dengan
SD. Sebenarnya sekolah satu atap, SD dan SMP, harusnya dipimpin oleh orang yang
sama. Namun, entahlah aku tidak paham masalah itu, masing-masing sekolah itu
dikepalai oleh orang yang berbeda.
Lokasi sekolah
masih berada di pedesaan yang cukup jauh dari jalan Raya. Dari rumahku kurang
lebih berjarak 7 Km, dengan waktu tempuh 20-30 menit. Kondisi jalannya rusak
parah sejauh 2 KM, jalan berbatu, ada
turunan- turunan tajam tetapi melintasi
pesawahan yang luas dan pemukiman warga.
Kondisi ini jauh lebih baik daripada jalan ke sekolah yang di gunung.
Hari pertama
sejak menerima SK mutasi itu adalah hari Jumat. Aku bersama Dede datang ke
sekolah baru.Ketika itu anak-anak sedang melaksanakan pembiasaan senam
kebugaran. Yang kemudian aku ketahui itu adalah program Jumat sehat. Mumpung
semua sedang berkumpul di lapangan, aku manfaatkannya untuk memperkenalkan diri
kepada anak-anak.Didampingi guru-gurunya mereka mendengarkan sambutanku. Aku
bersyukur anak-anak di sekolah baru itu baik-baik, santun, tidak jauh berbeda
dengan anak-anak di sekolah sebelumnya.
Itulah aku, tidak
suka acara yang protokoler hanya untuk
perkenalan diri. Tetapi lebih ke fleksibilitas, di mana ada kesempatan di situ
aku manfaatkan, sepanjang bernilai baik. Seperti saat perkenalan di sekolah
baru itu, aku belum berkenalan secara resmi dengan guru-guru, hanya sebatas
salam-salaman, dan say hello.
Kebetulan guru-guru di sekolah itu sebagiannya adalah murid-muridku ketika di
SMP. Sebagian laginya adalah rekan-rekan guru yang pernah sama-sama mengajar di
sekolah asalku sebelum menjadi kepala sekolah. Tentu mereka menyambutku dengan
senang hati katanya.
Setelah selesai
berkenalan dengan siswa pagi itu, sementara para siswa beristirahat, kami
mengadakan rapat. Mengenal lebih jauh struktur manajemen yang telah terbangun
di sekolah itu. Hal yang membuat lega adalah adanya empat orang guru PNS dan
lima orang guru honorer. Yang aku lihat dari penampilan pertamanya bisa membuat
aku bernapas lega. Motivasiku dan semangat baru tumbuh dengan penuh optimis,
untuk bisa bersinergi dengan mereka, membangun kehidupan sekolah yang baik.
Karena bel tanda
masuk kelas sudah berbunyi, maka aku persilahkan guru-guru untuk masuk ke
kelas. Kebetulan, ada dua guru sedang kosong jam mengajarnya, maka kami pun
berkeliling untuk mengenali lingkungan sekolah ini.
Itulah hari
pertamaku di sekolah baru. Dengan harapan dan semangat baru, aku ucapkan
Bismillahirrahmaanirrahiim, semoga selalu ada jalan penyelesaian setiap
permasalahan yang pastinya akan selalu terjadi di sekolah manapun.
Hari-Hari
Pertama di Sekolah Baru
Saat itu hari Senin pertamaku di sekolah Baru, SMP Satap 5 Cipanas. Aku
akan mengikuti pacara bendera yang sudah biasa dilaksanakan. Kulihat, sarana
dan prasara upacara masih sangat
terbatas. Tiang bendera masih menggunakan bambu, lapangan pun masih berupa
tanah. Karena memang pembangunan lapangan baru pada tahap perataan. Yang
penting program sekolah untuk melaksanakan upacara sendiri terlaksana.
Sebelumnya upacara bendera bergabung dengan SD katanya.
Saat itu petugas upacara begitu terampil
dan terlatih. Pasukan pengibar bendera yang gesit dengan gerakan-gerakan kompaknya,
begitu menarik. Para siswa peserta upacara berbaris rapi. Bapak Ibu gurunya
mendampingi mereka agar barisan rapi dan teratur. Kesan pertamaku tentang pengelolaan kesiswaan sekolah ini memang
sudah bagus. Upacara pertamaku di sekolah itu berjalan hikmat. Itu aku rasakan
ketika peserta mendengarkan amanatku sebagai pembina upacara.
Setelah peserta upacara dibubarkan, kami diserbu anak-anak yang akan cium
tangan. Oh, ternyata kebiasaan di sini begitu. Anak-anak akan bergiliran
salaman dengan semua guru yang hadir pada upacara itu. Aku catat itu sebagai
nilai karakter yang harus dijaga dan dilestarikan.
Setelah selesai upacara, aku tidak langsung ke kantor namun berkeliling
dulu di tiga kelas di lokal baru itu. Di sana ada dua kelas 7 dan 1 kelas 8.
Guru-guru yang mengajar di lokal baru juga tidak ke kantor, karena efisiensi
energi katanya. Mereka menunggu di depan kelas sambil mengawasi anak-anak yang
masih istirahat. Setelah semua kelas siap dengan pembelajaran aku pun
meninggalkan lokal baru menuju ke lokal lama di mana kantor berada. Hmm.. aku
merasakan tidak efisiennya pengelolaan sekolah seperti itu. Tetapi mau
bagaimana lagi, mungkin ini tantangan di sekolah baru ini.
( Bersambung)
Semangat menulis Ambu..luar biasa
BalasHapusMakasih Pak Didi...
HapusPernah menjadi kepala sekolah dibeberapa sekolah, pasti menghasilkan segudang pengalaman. Mantap
BalasHapus