CATATAN KEPALA SEKOLAH SATU ATAP ( Bagian 3)
MEMBENAHI FISIK SEKOLAH
“ Bu,
gimana kalau rak ini gak usah dipindah? Kata tukang, ini mah susah dipindahnya,
harus ada alatnya, katanya,” bu Tita menyampaikan usulannya, ketika aku sampai
ke sekolah keesokan harinya.
“ Nah, kami kan sudah diskusi, biar di sini
jadi kantor saja. Jadi ruang Ibu saja. Kami pindah ke bawah. Terus lemari kaca
semua dipindah buat penyimpanan administrasi guru. Terus, kan nanti koperasi
pindah juga , biar sekalian terawasi, gitu, Bu. Ibu setuju gak kalau begitu?”
sambungnya panjang lebar dengan kata-kata yang jelas.
“
Teman-teman semua sudah setuju?” responku.
“Sudah,
Bu. Kan di bawah lebih luas. Nanti akan kami tata meja-meja buat guru-guru,”
sambungnya.
“ Hmm..
kalian gak merasa terusir kan sama Ibu? Ibu jadi gak enak ini,” ujarku.
“ Ih, sama
sekali ga ada pikiran ke situ, Bu. Kami juga sadar kalau di sini seperti ini,
terus ada tamu, malu juga hehe..,” ujar bu Tita.
“Baiklah
kalau begitu, Ibu setuju. Memang di bawah lebih nyaman untuk ruang guru. Nanti
anak-anak yang mau ketemu gurunya jadi leluasa, gak seperti di sini yah,”
kataku.
Karena
masih ada waktu setengah jam untuk memulai jam pertama kegiatan belajar, maka
kami mengajak anak laki-laki yang sudah untuk gotong-royong memindahkan
barang-barang ke ruang guru yang baru, dikomandoi oleh penjaga sekolah. Lemari
kaca tidaklah terlalu berat-berat, bisa digotong oleh 6 orang anak. Selain
lemari tidak ada barang yang berat. Jadi dalam waktu setengah jam barang-barang
sudah berpindah ke ruang guru, walaupun belum ditata.
Tinggal
kutata ruangan kantor sendiri, agar nyaman dan membuat betah bekerja. Selain
itu agar dapat memberikan pelayanan baik kepada guru ketika supervisi,
konsultasi atau diskusi dengan guru dalam kelompok kecil.
MEMBENAHI KOMPETENSI
GURU
Sejalan
dengan implementasi Kurikulum 2013, sekolah kami menjadi salah satu sekolah
target pelaksanaan K 13 mulai tahun 2017. Walaupun bukan hal baru, tetapi
guru-guru belum memahami secara mendalam bagaimana implementasinya dalam
pembelajaran mualai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Untuk itu kami
menjadikan workshop K 13 menjadi target utama dalam peningkatan kompetensi
tenaga pendidik tahun itu.
Kami melaksanakan
workshop sederhana dengan mengundang nara sumber, baik itu pengawas, maupun
rekan Instruktur K 13. Sementara aku juga termasuk dalam Tim Instruktur K 13 Kabupaten,
bahkan wakasek kami pun adalah Instruktur K 13 juga. Walaupun peserta hanya
delapan orang, tidak menyurutkan rencana kami untuk tetap melaksanakannya.
Mulai dari perencanaan pembelajaran, model-model pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran, kami laksanakan dalam waktu 3 pertemuan secara formalnya, namun
tak terbatas pertemuan secara informal.
Di luar tiga kali pertemuan itu, kami sering mengadakan In House Training (IHT) dan pendampingan, memanfaatkan kompetensi kepala sekolah dan wakilnya.
Seiring
dengan berjalannya waktu, ruh K 13 sudah mulai nampak di sekolah kecilku ini.
Terlihat dari manajemen kelas yang tidak lagi klasikal tetapi meja-meja dan
kursi sudah ditata berkelompok-kelompok. Dengan demikian untuk masalah
pembelajaran sudah tertata dengan baik. Hanya masalah bukti administrasi
perencanaan dan lain-lainnya berpulang lagi kepada kinerja guru masing-masing.
Secara kompetensi mereka sudah memilikinya, tinggal kinerja yang harus ditingkatkan.
Kinerja
guru bergantung kepada banyak faktor, baik yang bersifat ektstrinsik maupun
intrinsik. Secara intrinsik tentu dipengaruhi oleh niat, motivasi dan kesadaran
diri. Sedangkan secara ekstrinsik dipengaruhi oleh faktor lingkungan; antara
lain adalah motivasi dari lingkungan. Motivasi dari luar tersebut bisa datang
dari kepala sekolah, rekan guru, siswa dan keluarga.
Sebagai
manajer pembelajaran, aku selalu berusaha untuk memberikan dorongan motivasi
bagi guru-guru agar selalu mau belajar dan belajar terus tentang semua segi
terkait kurikulum 2013. Maka dari itu tak bosan-bosannya aku memberikan
pendampingan, baik itu dalam menyusun RPP, melaksanakan pembelajaran maupun
perumusan instrumen-intrumen penilaian. Semuanya aku kemas dalam program supervisi akademik. Semua guru
mendapatkan jadwal supervisi. Hal itu aku laksanakan untuk lebih memberikan
bantuan kepada guru agar memahami kelebihan dan kekurangannya dalam
pembelajaran.
Memasuki bulan
September, sekolah sudah dihadapkan pada persiapan Penilaian Tengah Semester
(PTS). Segera kami sepakati IHT penyusunan instrumen PTS, memanfaatkan jadwal
rapat dinas bulanan, ketika siswa belajar di rumah. Aku bersama wakasek, bertindak
sebagai tutor, membimbing mereka menyusun penilaian berbasi K 13 untuk PTS.
Mereka terlihat antusias ketika presentasi ditampilkan menggunakan proyektor. Luar
biasanya, sekolah ini sudah memiliki tiga buah proyektor LCD, sehingga sangat
mendukung pada kelancaran presentasi.
“ Aduh
Ibu, pusing juga ini. Tadi mah ketika dibahas sama ibu kayak yang gampang gituh,
nyusun indikator dan soalnya. Eh, pas prakteknya, pusing juga,” kata seorang
ibu guru.
“ Wajar
saja, karena belum biasa kan? Biasanya bikin soal dulu baru kisi-kisi. Hayo..
suka begitu kan?” kataku bercanda.
“ Ih, ibu
mah tahu aja, iya sih selama ini memang begitu, yang penting soal dulu baru
kisi-kisi belakangan, hehe,” jawabnya.
“Tahu
dong, kan sudah rahasia umum seperti itu. Ayo sulitnya dimana? Ibu bantu,”
ujarku.
Kami
sepakati waktu pengumpulan kisi- kisi dan buitr soal. Kemudian aku telaah,
hasilnya aku kasih feedback kepada guru-guru. Itu aku lakukan kepada guru-guru
yang masih memerlukan bimbingan, agar soal diperbaiki. Bagi yang sudah sesuai
standar, langsung bisa digunakan untuk pelaksanaan PTS.
(Bersambung)
Tulisan yang inspiratif dan hidup, Ambu. Oya, itu kenapa kebanyakan pada dialog setelah tanda petik awal ada spasi? 🙏
BalasHapusHehe.. iya Mas, kebiasaan yg susah ya dihilangkan, setiap habis tanda baca sll spasi, haduuh.
HapusMakasih masukannya ya Mas...
Manajer yang baik, akan selalu berbagi dan mendampingi anggota.
BalasHapusLuar biasa, Bu.
Makasih Pak..
HapusJadi best praktice bun... semoga sukses sll..
BalasHapusIya ada bbrp best practice memang.. hehe. Makasih Bun..
HapusSelalu senang membaca cerita Ambu. Ada banyak pelajaran berproses.
BalasHapusBisa diadaptasi dan diteladani ambu. Mantap.
BalasHapusAmbu itu sosok guru yg melenial
BalasHapusTetap semangat Ambu. Saya jadi ingat baju merah MGMP B. Indonesia Ambu, sedih banget. Terbawa banjir tahun lalu.
BalasHapusMenunggu tulisan ini jadi buku, pasti menarik :)
BalasHapusSetiap perjalanan, aktivitas dan pekerjaan menjadi tulisan, suatu saat akan menjadi buku dan akan dikenang selamanya
BalasHapusSukses bunda
BalasHapusSukses selalu buat bunda. Semangat berpacu dalam prestasi
BalasHapusSukses selalu Ibu Kepsek.
BalasHapusSelalu inspiratif catatan kepala sekolah ini
Sukses manajer hebat
BalasHapusSangat menginspirasi dan memotivasi, hingga tak bisa menuliskan kata terindah kecuali doa. Semoga sehat dan sukses selalu Bu Yusni.
BalasHapus