CATATAN KEPALA SEKOLAH SATU ATAP ( Bagian 8)
Langkah Demi Langkah Mengejar Mimpi
Mimpi terbesar kami adalah memiliki perangkat komputer untuk melaksanakan
UNBK mandiri. Kami ingin melaksanakan UNBK dengan tenang, fokus pada
penyelenggaraan yang kondusif. Tidak seperti tahun lalu ketika menumpang di
sekolah lain.
Mengaharapkan bantuan dari pemerintah tak bisa kami jadikan target pertama.
Karena jangankan sekolah kami yang nomor sekian di wilayah kami, sekolah besar
pun baru satu sekolah yang mendapat bantuan tahun kemarin. Tahun ini SMP besar
lainnya, jadi tak bisa diharapkan. Kami harus cari cara agar minimal 15
komputer yang kami butuhkan ada ketika pelaksanaan simulasi UN sampai kepada hari
H pelaksanaan UN. Hmm memang mimpi yang berat untuk terwujud bagi sekolah kami
yang kecil ini.
Mengandalkan dana BOS? Hanya boleh maksimal 5 perangkat dengan spec yang
sudah ditentukan. Harganya mahal, paling kami hanya bisa membeli 2 unit tahun
ini. Andaikan boleh membeli sesuka kami, maka kami akan membeli komputer PC
rakitan, yang lebih ekonomis yang penting bisa dipakai untuk UN dan bisa
membeli 5 unit dengan jumlah harga yang
sama untuk 2 unit yang standar.
Aku utarakan dalam rapat dinas sekolah ide untuk bisa membeli 7 unit
komputer PC dengan total harga 15 juta rupiah. Dengan 7 komputer kami akan bisa
mewujudkan pelaksanaan UN mandiri di sekolah sendiri. Yang sudah kami miliki 3
komputer, jadi bisa 10 komputer. 5 lagi meminjam dari notebook para guru PNS.
Aku sampaikan seandainya semua guru mendukung ide ini, maka kami semua
harus puasa. “Bagaimana caranya, Bu?”
bu Tita merespon ajakanku.
“Coba bapak Ibu bayangkan, seandainya anak-anak kita melaksanakan UN di
sekolah sendiri. Banyak hal yang bisa dihemat, dibandingkan dengan menumpang
seperti tahun kemarin. Tetapi untuk membeli 7 komputer perlu dana 15 juta
rupiah. Ada ide?” aku balik bertanya.
“Kalau minta partisipasi komite sekolah bagaimana, Bu?” usul pak Subhan,
wakasek kami.
“Baik, berapa kira-kira kekuatannya?” tanyaku.
“Bila satu anak diminta 50rb saja terkumpul 7,5 juta rupiah, Bu,” kata bu
Tita.
“Baik, tinggal 7,5 juta lagi yah?” responku. Baiklah Insya Allah bisa kita
atur dari sisihan-sisihan kegiatan untuk memenuhi dana 7,5 juta lagi. Tapi kalau
menunggu sisihan akan lama ngumpulnya,“ kataku.
“Kenapa tidak kita bangun sistem cadangan dana sekolah? Dengan menerima
tabungan harian siswa misalnya? Kita kelola dengan baik, ada pemegang khusus
tabungan. Bagaiman?” tanyaku.
“Wah ide yang bagus, Bu,” kata seorang guru. Yang lainpun meyetujuinya. Mulai
minggu depan disampaikan kepada siswa bahwa kami menerima tabungan seperti yang
dilakukan di SD.
Akhirnya kami mampu mengadakan komputer murah tapi memadai untuk dipakai UN
dengan strategi yang aku atur dengan dana talangan dulu. Bulan Pebruari pun
kami sudah bisa mengadakan simulasi UN pertama di sekolah. Rasanya bagai mimpi,
namun melegakan hati. Mimpi kedua, Alhamdulillah terwujud.
Tantangan Lainnya Menunggu
Tanah kami yang luas hanya ditumbuhi rumput walaupun tidak tinggi karena
tanah bekas sawah berair. Aku merenung, sayang sekali dibiarkan gundul tidak
termanfaatkan.
“Bu Haji, coba bisa nggak tanah kita yang bagian ujung atas sana dari pada
penuh semah kayak di hutan, lebih baik ditawarkan kepada siapa saja yang mau
menggarap. Dengan sistim paroan. Misal untuk menanam singkong atau ubi jalar atau
sayuran, gitu,” kataku kepada bu Tita ketika suatu saat, dia sedang kosong
mengajar.
Memang aku banyak minta pendapat beliau. Mungkin karena sesama perempuan
lebih leuasa ketika menyampaikan ide untuk hal-hal diluar masalah pembelajaran.
Selain itu, ia memiliki hubungan yang cukup luas dengan masyarakat di sekitar
sekolah.
“Baik, Bu. Ntar saya ngobrol sama orang-orang sini,” sambutnya.
Beberapa hari kemudian ia membawa kabar baik, bahwa ada seorang petani yang
menyambut baik tawaran dari sekolah. Ia dan anaknya akan menggarap tanah dengan
batas-batas yang ditentukan sekolah.
Hari-hari selanjutnya aku lihat
seorang perempuan tengah baya yang rajin dan ulet menggarap tanah itu. Ternyata
ia menanm singkong, ubi jalar juga kangkung. Lumayan juga hasilnya, 1 bulan
kemudian hampir tiap hari kami dikirim kangkung untuk teman nasi liwet kami.
Enam bulan berikutnya kami panen ubi jalar, kalau singkong cukup lama juga
hampir satu tahun. Sangat membantu sekolah menangani konsumsi harian kami. Sengaja
bagian kami jangan dipanen semua biar berlangsung lama persediaannya. Mimpi
ketiga terwujud jua.
Menciptakan Ekowisata di Sekolah
Tanah kosong yang diolah oleh penggarap diharapkan bisa mem-backup perekonomian
sekolah. Walaupun belum banyak, namun sudah terasa manfaatnya sebagai penyuplai
konsumsi. Selain itu aku punya mimpi membuat taman yang indah penuh bunga. Aku membayangkan
areal depan sekolah penuh dengan aneka bunga yang diatur rapi bagaikan di taman
bunga.Hmm.. mimpi lagi..
Kuawali membeli 4 macam bibit bunga berupa biji lewat olshop. Untuk mengolah tanahnya kami tawarkan kepada petani di
sekitar sekolah. Syukurlah, gayung bersambut. Ia bersedia menggarap tanah
dengan upah harian. Butuh 4 hari untuk menggarap tanah, mulai dari mencangkul,
meratakan, sampai membuat bedengan-bedengan. Tanah bekas sawah yang becek kalau
hujan nantinya akan kebanyakan air bila tidak dibuat bedengan-bedengan.
Berikut ini penampakkan halaman sekolah yang telah dibuat
bedengan-bedengan.
( Bersambung)
21st Day's Challenge
Sangat menginspirasi bu,,,semanggattt
BalasHapusMakasih Bu Yusni.. Insya Allah selalu semangat..
HapusInspiratif sekali, Ambu. Tetap semangat!
BalasHapusTerima kasih, Mas. Sudah mampir di sini..
BalasHapusHebat ambu, kartini masa kini. Memanfaatkan seluruh potensi. Sangat menginspirasi ambu. Terima kasih telah berbagi pengalaman.
BalasHapusDuh jd tersanjung.. makasih Pak Imam. Mudah2n tdk dianggap Riya yah...
HapusHanya ingin berbagi pengalaman saja, sayang kalau tidak diabadikan dlm buku nantinya..
Saksi sejarah...aku didalmnya
BalasHapusIya, Pak Subhan adalah pelaku sejarah dlm kisah ini, bukan hanya sbg saksi hehe.. makasih PakSubhan dan rekan2 guru di SMP 5 selalu ada dlm memori terdalam
HapusMantap Ambu. Selalu memukauu..
BalasHapusMakasih neng yg sll support
BalasHapus