CATATAN PERJALANAN KEPALA SEKOLAH DAERAH TERPENCIL ( Bagian terakhir -22)

 


12th Day's Challenge


Promosi Mutasi

 Aku belum mempercayai isu yang beredar tentang rotasi dan mutasi kepala sekolah. Katanya, aku termasuk salah satu diantaranya. Aku pikir baru satu tahun bertugas di sekolah itu, mana mngkin pindah. Namun suatu sore aku menerima pesan japri WA yang singkat sekali ,” Ke bekas Pak Y.” Aku sempat menganggap kalau orang itu salah kirim, maka aku balas,” maaf, salkir yah?” tapi tidak ada balasan apapun lagi.

Dua hari kemudian, selepas magrib, aku menerima pesan di  WA. Isinya surat undangan pelantikan kepala sekolah, di Pendopo Kabupaten, besok tanggal 8 Agustus 2017. Aku terkejut sekali dengan apa yang kubaca. “Maasya Allah, benarkah ini?” tak terasa aku bicara sendiri, dan rupanya terdengar oleh suamiku.

“Ada apa, Bu? Dari tadi Bapak perhatikan serius amat nguprek HP-nya? Terus kayak yang kaget gituh?” tanyanya sambil mendekatiku dan duduk di sampingku.

“ Ini Pak, ada surat undangan. Besok Ibu harus mengikuti pelantikan kepala sekolah. Ya.. Ibu belum yakin ini, benar atau nggaknya, Pak,” kataku sambil memperlihatkan surat yang ada di gawaiku.

Lalu suamiku pun membacanya. “Lha, ini ada stempelnya, yang tandatangan Pak Kepala Dinas, masa bohongan. Wah, Bapak senang sekali Ibu bisa pindah. Mudah-mudahan sekolah yang dekat, ya Bu.”

“ Aamiin, Pak. Tapi Ibu masih ragu. Masa baru satu tahun sudah dipindah lagi, ya?” aku mengungkapkan keraguanku.

“Hmm. Belum sempat Bapak berkunjung ke sekolah Ibu di gunung, eh, Ibu dah mau pindah lagi,” kata suamiku “ Tapi syukurlah Ibu tidak akan menemukan lagi jalan yang ekstrim seperti cerita Ibu,” sambungnya.

Memang suamiku tidak tahu kondisi jalan dan kondisi sekolahku di gunung. Ia hanya mendengar ceritaku dan Dede saja. Bukan tidak mau mengantar ke sekolah, tapi belum ada waktu karena ia bekerja di Ibu Kota. Ia pulang setiap hari Jumat dan berangkat lagi hari Senin pagi.

“ Coba cari kabar di grup kepala sekolah, atau tanyakan ke ketua MKKS. Barangkali beliau tahu,” usul suamiku.

Aku pun  mencari kabar di Grup WA  MKKS, dan ternyata benar. Aku bersama beberapa teman kepala sekolah pun mendapat panggilan pelantikan mutasi kepala sekolah. Namun belum mengetahui ke sekolah mana aku mutasi

Maasya Allah, yang telah memberikan berkah dan limpahan kasih sayang-Nya. Ternyata aku mutasi ke sekolah yang lebih dekat,  dan sekolah yang lebih besar, walaupun masih berstatus sekolah satu atap. Kemudian aku teringat pesan misterius di WA dua hari yang lalu,  baru aku pahami, ternyata memberitahu kalau aku menggantikan pak Y, yang mutasi ke sekolah lain. Alhamdulillah wallaahuakbar, segala puji hanya bagi-Mu..

Akhirnya Kutinggalkan 

Perjalan ke sekolah di hari terakhir itu sungguh diwarnai bermacam perasaan. Ada rasa lega, ada rasa berat, senang dan sedih menjadi satu. Namun yang kurasa adalah terasa begitu berat meninggalkan sekolah ini. Karena  begitu banyak manis pahit, susah senang yang kualami. Kubayangkan bagaimana reaksi guru-guru nanti. Ah, jadi baper juga.

Sesampainya di kantor, benar saja guru- guru sudah menyambutku, begitu terdengar suara motor berhenti di depan sekolah. " Ibu, benarkan Ibu pindah?" tanya bu Een sambil memegang tanganku begitu aku naik ke serambi kantor. Aku belum menjawab. Lalu kami masuk ke kantor.

Di sana sudah ada empat guru, seakan sedang menanti kedatanganku. Tidak Biasanya mereka seperti itu, berkumpul di atas kursi ruag tamu. " Ibu, benarkah?" Bu Een berkata sambil terbata-bata. Sedangkan yang lainnya menunduk. 

Tentu rasanya berat bibir ini untuk berbicara melihat sikap mereka seperti itu. Aku pun menghela napas panjang ," Maaf Ibu-Ibu semua, mungkin sudah mendengar kabar bukan? Bukan Ibu tega, bukan Ibu tak ingin berlama-lama di sini. Tapi Ibu hanya sekedar abdi negara yang harus siap ditempatkan di mana pun."

"Ibu..,  Ibu mah gak kasihan sama kami. Baru kita mau bangkit memajukan sekolah ini, eh Ibu sudah pergi lagi. Apa ibu ga bisa nolak yah?" Bu Een berkata terbata-bata sambil menyeka air matanya. 
Kulihat guru-guru lainpun sudah berlinagan air mata. Sungguh sangat mengharukan. Aku pun tak kuasa menahan air mata. Walau setegar apa pun, perempuan memang mudah baper.

" Perlu ibu-ibu ketahui, Ibu juga kaget menerima surat panggilan pelantikan mutasi ke sekolah lain. Tapi seperti ibu bilang tadi kita tidak bisa menolak.," ujarku. "Ibu doakan semoga pengganti Ibu nanti melanjutkan program-program kita dengan sukses," sambungku.

Setelah suasana mencair kembali, aku minta waktu untuk pamitan kepada anak-anak. Segera anak-anak berkumpul di lapangan upacara. Aku pun mulai memberikan  sambutan. Banyak anak, terutama kelas 9 yang diajar olehku dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, terlihat kaget dan muram wajahnya. Setelah selesai, maka anak-anak bergiliran dalam barisan menyalamiku. banyak anak yang larut dalam isak tangisnya. Aku pun tidak bisa lagi membendung air mata. 

Setelah semua selesai, aku pamitan, Dede juga. Semua guru perempuan yang hadir hari itu memelukku sambil berurai air mata. Lalu aku dan Dede pun bersiap pulang. Tiba-tiba dari belakang ada lima orang anak berlari mengejarku ," Ibu, Ibu, tunggu! Ibu!" mereka memelukku erat. "Ibu kenapa harus pindah? kata seorang anak. " Maafkan kami yah, Bu," kata yang lainnya. " Ibu juga minta maaf ya, atas semua kesalahan Ibu sama kalian," kataku . Sungguh momen yang tidak bisa aku lupakan.

Antara senang dan sedih aku menerima SK mutasi tersebut. Senangnya, karena perjalanan ke sekolah tidak separah seperti  setahun ini kujalani. Sedihnya, karena harus meninggalkan rekan-rekan guru yang sedang semangat-semangatnya membangun kehidupan sekolah. Semakin bertambah kesedihanku ketika melihat air mata guru-guru dan isak tangis anak-anak. Perpisahan itu memang berat kurasakan. Namun semua sudah kuasa Tuhan. Hanya doa kupanjatkan, semoga penggantiku nanti melebihi usahaku untuk memajukan sekolah kecil itu.

Sesampainya di rumah, di hari terakhir itu, aku masih tak percaya bahwa aku tak akan ke sekolah dacil itu lagi. Ada perasaan kehilangan. Bagaikan seorang ibu harus meninggalkan anak-anaknya. Ah, mungkin orang akan bilang lebay, tapi sungguh itulah yang aku rasa. Apalagi,  Dede sebagai operator sekolah pun memilih ikut pindah denganku ke sekolah baru, atau berhenti. Jadi sekolah kecil itu akan ditinggal dua orang sekaligus.

( Bersambung)

Komentar

  1. Jadi terharu Bu bacannyaπŸ™πŸ™

    BalasHapus
  2. Masya Allah...kok saya jadi berkaca kaca ya? Beneran... orang baik dan tulus pasti disayang banyak orang πŸ™πŸ™πŸ‘

    BalasHapus
  3. Kisah yang mengharu biru.. Tak terasa basah juga ni pipi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Neng, Ambu kasihan sama mereka, nasib anak2 dacil

      Hapus
  4. Saya pun ikut berkaca-kaca Ambu...orang baik dimana pun pasti dibutuhkan orang...semangat Ambu..

    BalasHapus
  5. Saya jadi terharu membacanya, antara senang dan sedih.

    BalasHapus
  6. Kehilangan memang menyedihkan, tapi seiring waktu akan terobati.
    Orang yang ditinggalkan dan orang yang meninggalkan sama-sama akan sedih.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENAHAN GODAAN

Kata, Rasa, dan Rupa Kehidupan dalam Akrostik

SEPULUH HARI PERTAMA DI TAHUN BARU Dalam Akrostik