CATATAN PERJALANAN KEPALA SEKOLAH DAERAH TERPENCIL ( Bagian 18)
Libur sekolah pun
tiba. Libur panjang akhir tahun ajaran dan libur hari raya Idulfitri
berbarengan. Memasuki minggu ke 3 bulan Juni, dana BOS belum kunjung cair.
Padahal seharusnya dana cair pada awal tri wulan kedua. Namun yang terjadi kali
ini luar biasa, menjelang 1 minggu habis tri wulan ke 2 pun masih belum juga cair.
Keterlambatan
pencairan dana BOS sangat mengecewakan dan membuat bingung kami di lapangan.
Terlebih aku sebagai kepala sekolah. Saat itu aku sudah kehabisan uang, karena
sudah tiga bulan menanggulangi biaya operasional sekolah. Padahal aku harus
memikirkan sekedar uang THR untuk guru-guru, mengingat tinggal seminggu lagi
hari raya akan tiba.
Kasihan sekali
guru-guru di gunung. Walaupun mungkin tidak seberapa yang mereka terima, namun
setidaknya mereka mempunyai uang untuk angpau untuk anak dan saudaranya.Tidak
ada jalan lain aku minta pengertian anak-anakku untuk meminjamkan uang kami
untuk membagikan THR. Kemudian Dede berangkat ke rumah-rumah guru-guru untuk
menyampaikan uang THR tersebut.
Mengapa Mereka Menolak Niat Baikku?
“Assalamualaikum,”
seseorang mengetuk pintu, ternyata Dede sudah kembali dari gunung. Dia pun
kupersilahkan masuk.
“ Gimana, De?
Sudah semua disampaikan?” tanyaku.
“Sudah Bu.
Tapi...,” Ia terlihat ragu. “ Tapi kenapa, De?” tanyaku penasaran. “ Dede
bingung harus bilang apa sama Ibu,” katanya.
“Lho, ada apa De?
Ngomong aja ga usah bingung,” tanyaku penasaran.
“ Ini Bu. Tadi
kan ketemu sama Bu haji Een, dan Bu Teni. Setelah buka amplop, mereka malah ga
mau nerima malah mau balikin uangnya sama Ibu besok, katanya mereka mau ke
sini, besok,” jawab Dede.
“Lho? Kenapa ya,
De? Apa kurang besaran THR segitu? Bukankah ga pernah ada THR sebelumnya?”
tanyaku semakin penasaran.
“ Ga tahulah Bu.
Dede juga gak ngerti sama jalan pikiran mereka. Bukannya terima kasih malah
marah-marah,” kata Dede. Aku semakin heran mendengar penjelasan Dede. “ Aduh,
maunya apa ini guru-guru?” kataku.
Setelah Dede
pulang, aku mencoba menghubungi bu Een, tapi HP-nya tidak aktif.
Keesokan harinya,
masih pagi ketika bu Een dan bu Teni datang ke rumahku. Mereka benar tidak mau
menerima uang THR itu. Mereka maunya aku membayarkan gaji bulan Juli lebih awal.
Mereka minta dengan sangat agar aku bisa membayarnya. Aku bilang tidak
menjanjikan. Itupun untuk uang THR memakai uag THR yang aku terima dari
pemerintah.
Mungkin mereka
mengira aku banyak uang terus, sehingga mereka mengira aku tidak kasihan kepada
mereka, dan tega tidak mau membayarkan gaji bulan Juli lebih cepat sesuai
permintaan mereka. Aku bilang aku sudah tidak pegang uang, selain yang
dibagikan untuk THR. Tapi aku bilang akan menyampaikan jawabannya besoknya,
bisa atau tidaknya.
Menjual Sepeda Motor Satu-Satunya
Di tengah
kebingungan dengan situasi yang ada, aku merasa kasihan juga kepada guru-guru
yang benar-benar hanya menggantungkan penghasilan dari sekolah walaupun
sedikit. Mereka sangat mengharapkan gajinya. Aku putuskan menjual sepeda
motorku satu-satunya. Untungnya suamiku sangat pengertian, mendukung
keputusannku. Tidak sampai dua hari motor pun ada yang membelinya walaupun
harganya kurang dari yang kami harapkan.
“ Biarlah Bu,
untung laku segitu juga, kan sudah tua juga motornya,” kata suamiku. “
Benar,Bu. Ga apa-apa. Nanti diganti kan
dari uang sekolah?” sambung anakku.
“ Iya, nanti
digantilah, kenapa gituh?” tanyaku. “ Asyiik, nanti pake aja buat uang muka
beli motor yang baru,Bu,” usul anakku.
“ Nah, betul
itu,” suamiku mendukungnya. “ Motornya harus bagus ke gunung mah, biar nyaman
dinaikinnya,” sambungnya.
Singkat cerita
aku bisa membayarkan gaji guru-guru bulan Juli lebih cepat, plus THR-nya juga.
Biarlah karena sudah diniatkan untuk memberi lebih, walaupun tidak banyak,
semoga mereka diberi keberkahan dan bahagia di hari raya nanti.
( Bersambung)
Semangat menulis ambu..
BalasHapusInsya Allah terus bersemangat
Hapusbunda yang selalu bersemangat, jadi malu kami yang masih muda klo ga semangat
BalasHapusYuk kita sempatkan menulis walaupun hanya 1 halaman kecil setiap hari...
HapusSemangat...
Wah sy sgt terharu...luar biasa sekali pengorabanan ibu
BalasHapus