Puisi Darik yang Terlewatkan

-

 Sumringah

Oleh : Tini Sumartini

Lama sudah tak bersua
Setelah Dua tahun berlalu
Ternyata kini kau nyaman
Bagai kelas KA executive

Pendemi membawa berkah
Penumpang tak berjejalan
Semua senang sumringah

Pasca pandemi
Akankah begini

KRL?

Parung Panjang 19 Januari 2021


Terhimpit
Oleh: Tini Sumartini

Tengah malam kala itu
Dua tahun yang lalu
Terhenyak sungguh lihat pemandangan
Berjejalan, namun tak berdaya.

Tak naik, ketinggalan
Sementara waktu melaju
Aku harus pulang.

Ya Ampun
Terhimpit terseret

Pengap!


Fenomena KRL Jakarta-Bogor
Pencari nafkah rela berjejalan
Setelah seharian banting tulang
Pulang pun penuh perjuagan

Kehidupan urban Jakarta
Dari berbagai penjuru
Menyerbu datang pergi

Akupun terdekap
Tak berdaya

Pasrah.

Jakarta, 19 Januari 2021


Komentar

  1. E. Hasanah's Blog1 Februari 2021 pukul 09.37

    Bunda keren tulisannya. Mudah2an sj sisi positifnya pandemi ya KRL Bogor-JKT tidak berjejal. Ada kenangan tersendiri di saat berjejalnya penumpang. Ah... jadi tersenyum sendiri aku.

    BalasHapus
  2. Suyati Binyo Purbalingga1 Februari 2021 pukul 13.22

    Naik kereta api tut tut, selalu menjadi kenangan indah. Karena nyaris tidak pernah naik.

    BalasHapus
  3. Monkey Behavior1 Februari 2021 pukul 15.55

    10 bait...hehehehe....saya bingung komentar apa karena termasuk anyar di dunia Darik...walaupun demikian, enak juga dibaca seperti syair2 lagu yaa...

    BalasHapus
  4. sriyamini.blogspot.co.id1 Februari 2021 pukul 16.12

    Bunda... Trimks share puisinya keren... Ibu hrs banyak belajar dlm menulis puisi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tini Sumartini1 Februari 2021 pukul 17.23

      Makasih apresiasinya Bun, mari sama2 belajqr dan belajar

      Hapus
  5. Astuti Septiasa1 Februari 2021 pukul 16.25

    Bahasa Bu Tini bermakna dalam. Apik👍👍👍

    BalasHapus
  6. ghurrotus tsaniyah1 Februari 2021 pukul 16.47

    Ambu saya tidak bisa buat puisi. Suka baca saja. Keren ambu.

    BalasHapus
  7. Bunda Utami1 Februari 2021 pukul 16.50

    Sy kurang faham ttg puisi.. biasa nulis aja, ada bbrp puisi sekedar iseng2 aja.. bunda keren sdh ada genre puisinya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tini Sumartini1 Februari 2021 pukul 17.26

      Tak apa Bun, bebaskan saja ide2nya tercurahkan..

      Hapus
  8. astutiamudjono.wordpress.com1 Februari 2021 pukul 16.57

    Cetat berKRL di saat Pandemi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tini Sumartini1 Februari 2021 pukul 17.27

      Hehe, iya Bun. Kalau bukan terpaksa kyknya milih gak naik KRL.. takut juga sih...

      Hapus
  9. SRIWATI, M.Pd.1 Februari 2021 pukul 17.08

    Puisinya bagus Ambu. Terkenang saat masi kuliah S2. Mondar-mandir naik kereta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tini Sumartini1 Februari 2021 pukul 17.28

      Iya Bu Sri, suka dukanya ber KRL banyak banget ya...

      Hapus
  10. Pak D Susanto1 Februari 2021 pukul 20.35

    Saya hanya bisa membayangkan karena belum pernah naik KRL.

    BalasHapus
  11. indra wahyuddin1 Februari 2021 pukul 20.37

    Terbawa saat pulang kuliah malam pulang naik KRL dengan lilin di tengah gerbong
    Pedagang kaki lima berlalu lalang, musisi KRL bersahutan di setiap gerbong
    Hadeeehhh, kenangan....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENAHAN GODAAN

-
Gambar
  Faksi : Menahan Godaan Menu sudah terhidang di meja. Variasi makanannya sungguh mengoda selera. Tuan rumah pastinya sudah berusaha keras untuk menjamu kami dengan hidangan spesial yang beraneka ragam. Ada plecing, beberuk, sop ikan, goreng ikan, sayur lebui, lengkap dengan kerupuk. Semakin lengkap lagi dengan adanya irisan pepaya dan es kelapa muda. Siapa yang tak akan tergoda? Namun, ada keraguan dalam hatiku, antara menyantap hidangan itu atau tidak. Tapi batinku segera berbisik, tak sopan bila aku tak makan. Sama dengan tidak menghargai kebaikan tuan rumah. Walah, harus bagaimana yah? Tapi baiklah, untuk menghormati tuan rumah, aku makan yang bisa kumakan. Aku menyendok nasi dan sepotong ikan goreng, lalu dituangi sayur lebui. Itu saja. Hmm, terasa nikmatnya ikan goreng bumbu yang gurih, dengan kuah sayur lebui yang segar. Kacang kedelai hitamnya begitu empuk. Dilengkapi kerupuk udang yang gurih. Lengkap sudah kenikmatan yang kulahap. "Dicicipi plecingnya, Mbak," ka...
Baca selengkapnya

Kata, Rasa, dan Rupa Kehidupan dalam Akrostik

-
Gambar
  Kata, Rasa, Rupa Kehidupan Oleh: Ambu Guru Kepada lisan kan kututurkan Ataupun kurangkai ia dalam lembaran Tentang sejuta cerita kehidupan Akankah kubisa merekam jejak dalam tulisan? Renjana kadang tak terwujud manis Adakalanya pahit menghujam tragis Sesekali bahagia pun menghalau tangis Aku telah jalani dengan pesimis pun optimis Rupa warna kehidupan telah kulalui Untaian ribuan kisah mewarnai  Putih hitam telah menempa pribadi Akhir nanti bahagia yang kuingini. Cipanas, 26 Januari 2023
Baca selengkapnya

INDAHNYA NAN MERAYU

-
Gambar
  Indahnya Nan Merayu Oleh: Ambu Guru Kala di timur sang mentari  Semburatnya nan berseri Hangatkan dinginnya pagi hari Berbekal doa dan harapan Kulangkahkan jejak pengabdian Pun sebagai jalan kehidupan  Bersama kereta besiku kurayapi Jalanan berbatu terjal nan sepi Sesekali harus mepet menepi Setiap pagi kulewati Lewat netra kunikmati Indahnya bahagiakan hati Cumbuan alam nan merayu Bak lirikan sang jelita ayu Kalahkan gita nan mendayu Masya Allah, tak henti kuserukan Pada ciptaan-Nya nan menakjubkan Di sepanjang jalan nan kutambatkan Cipanas, 8 Januari 2024
Baca selengkapnya