Sepenggal Kisah yang Terlewat "Mendua Hati"
Dalam urusan asmara, mendua hati adalah hal yang
manusiawi terjadi. Dalam hal ini kaum pria memiliki kewenangan untuk
berpoligami, sehingga aku katakan hal itu lumrah terjadi. Dengan segala
konsekuensinya, medua hati dijalaninya atas keinginan sendiri tanpa paksaan,
bahkan memaksakan. Walaupun pada akhirnya, ketika ada di persimpangan jalan
yang rumit, banyak yang harus memilih salah satu diantaranya. Tak pelak lagi
pasti ada pihak yang merasa tersakiti.
Aku pun mengalami rasanya mendua hati. Aku ada dalam posisi tidak kuasa
untuk menolak, tetapi bukan karena terpaksa. Aku jalani demi melaksanakan tugas
negara. Ternyata mendua hati bukan hanya dalam urusan asmara, dalam tugas pun
sering terjadi. Aku harus memegang dua sekolah, walaupun sementara, sehubungan
kepala sekolah yang bada di desa lain meninggal dunia.
Tepatnya sejak bulan April 2019, aku mendapatkan SK sebagai pelaksana tugas
(plt.) kepala sekolah di sekolah lain yaitu SMPN 3 Cipanas. Jarak dari
sekolahku sekitar 3 Km. Dari rumahku tentu semakin menambah jauhnya jarak
tempuhnya. Awalnya aku ragu, apakah aku sanggup. Berkat dukungan motivasi dari
ketua MKKS kami, dan rekan-rekan kepala sekolah, aku pun berusaha
menjalankannya dengan sebaik-baiknya.
Pertama ku masuk ke sekolah itu, ku menemukan suasana dan karakteristik
yang jauh berbeda dengan sekolahku. Baik secara fisik fasilitas, karakteristik
guru-gurunya maupun siswanya. SMP 3 adalah sekolah reguler, bukan satu atap
seperti sekolahku, sehingga fasilitas sedikit lebih lengkap dengan adanya
labortaorium IPA dan perpustakaan.
Tantangan terbesar bagiku adalah bahwa sekolah itu menghadapi akreditasi.
Masa menjelang akreditasi adalah saat-saat
yang luar biasa dampaknya bagi kehidupan sekolah. Semua bidang sesuai
delapan standar Nasional Pendidikan harus disiapkan. Tentu saja aku mendapatkan
sedikit kebingungan. Karena aku tidak hapal bagaimana capaian-capaian yang
sudah dilaksanakan oleh kepala sekolah terdahulu. Namun berbekal pengalaman
akreditasi di sekolahku yang tahun kemarin kami laksanakan, maka sedikit
meringankan beban pikiran.
Aku optimis bisa mengawal dan membantu proses penyiapan akreditasi kali
ini, karena di sekolah ini ada tiga guru yang sudah menjadi Instruktur
Kurikulum 2013, secara kompetensi sudah sangat bisa diandalkan. Bahkan selama
satu tahun kepemimpinan kepala sekolah lama karena sakitnya beliau, mereka
sudah mandiri untuk dapat mengelola kehidupan sekolah ini.
Walaupun aku tidak bisa full
konsentrasi dalam mempersiapkan akreditasi ini, tentu sebagian besar waktuku
tercurah di sini. Akibatnya waktu dan perhatianku agak melonggar untuk
sekolahku sendiri. Tetapi itu tidak jadi masalah, karena sistem di sekolahku
sudah terbangun. Ada atau tidak ada kepala sekolah kegiatan belajar mengajar
tetap kondusif.
Dalam pikiranku selalu muncul untuk mempererat hubungan antara guru-guru di
kedua sekolah ini menjadi satu keluarga. Pada dasarnya mereka sudah sangat
saling mengenal satu sma lain, karena banyaknya kegiatan-kegiatan yang
mempertemukan gruru- guru, baik melalui MGMP atau workshop-workshop lainnya.
Saat itu bulan Ramadhan menjelang libur panjang, biasanya di sekolahku
mengadakan acara buka bersama.
“Pak Subhan, Bu haji, bagaimana acara buka bersama kita sekarang?” tanyaku.
“Siap saja, Bu,”kata pak Subhan. ”Iya, Bu, harus itu, mau di mana, apa di rumah
Ibu lagi kayak tahun kemaren?” tanya bu Tita.
”Hmmm.. o.k. Ibu punya ide, bagaimana kalau kita gabung sama SMP 3
bukbernya? Pasti lebih seru. Kali ini kita adakan di alun-alun kota aja, yuk?
Pasti seru,” usulku.
“Wah, saya setuju, Bu,” kata bu Tita. ”Saya ikutan aja ,Bu,” respon pak
Subhan.
“ Nah, selain bukber, bagaimana kalau kita nonton bareng juga? Sekarang kan
lagi tayang film AMBU, film yang
mengisahkan tradisi kehidupan suku Baduy. Sebagai warga Lebak mari kita
tunjukkan kebanggan kita pada hasil karya yang mengangkat salah satu kebudayaan
daerah kita,” ujarku setengah mempromosikan film itu, walupun aku tidak ada
sangkut pautnya dengan produksi film itu, hehe..
Akhirnya disepakati kami akan melaksanakan buka bersama didahului menonton
film AMBU . Aku usulkan itu karena
aku tahu bahwa keuangan kami cukup untuk itu. Tetapi bukan berasal dari dana
BOS. Sekolah kami memiliki warung koperasi, yang sedikit demi sedikit bisa
mengumpulkan dana untuk kebutuhan THR dan lain-lainnya di akhir tahun ajaran.
Tiba gilirannya aku utarakan maksud tersebut di SMP 3. Aku kumpulkan
guru-guru yang terkait dengan keuangan, ternyata sekolah ini pun memiliki
cadangan dana yang cukup untuk sekedar buka bersama dan nonton. Maka kami semua
sepakat mengadakan bukber di alun-alun dan nonton bareng di bioskop baru di
kota.
Kegiatan kebersamaan yang cukup berkesan, walaupun ketika buka bersama
karena situasi yang kurang kondusif di sebuah rumah makan, maka kurang
kondusif. Padahal hari-hari sebelumnya tempat di rumah makan itu sudah di-booking. Tapi yang namanya penjual
selama ada pelanggan ia layani. Walaupun kurang puas, tapi akhirnya semua
merasa senang dengan pengalaman tersebut.
Satu momen lagi kebersamaan dua sekolah itu, ketika rapat awal tahu ajaran.
Mengingat materi yang dibahas sama, maka aku undang kedua pihak untuk rapat
bersama, bertempat di SMP 5, sekolahku. Pembahasan yang sama tentang persiapan
administrasi guru. Seperti biasanya kami sellau mengadakan workshop untuk menyusun administrasi perencanaan pembelajaran,
mulai dari Progran Tahunan, Program Semester, Silabus, RPP sampai kepada Sistem
Penilaian.
Karena wakil kepala sekolah dari kedua pihak sama – sama sebagai instruktur
kurikulum 2013, maka tidaklah sulit bagi kami mencari nara sumber. Tidak usah
mencari ke luar, memanfaatkan sumber daya yang ada, maka terciptalah sistem
tutor teman sebaya dalam workshop kali ini. Jadilah ada tiga pembahas materi,
masing-masing membahas satu poin pembahasan. Suasana workshop yang menyenangkan,
serius tapi santai, penuh dengan gelak-tawa, sangat berkesan.
Itulah peranku dalam menyatukan kedua sekolah dalam satu keluarga. Mereka menyebut
kedua sekolah kami adik- kakak, layaknya dalam satu ikatan keluarga yang harmonis.Aku
sangat bersyukur dengan keadaan tersebut. Sementara aku bingung, menentukan yang
mana pada akhirnya yang ku pilih. Karena isu kuat aku ditawari untuk menentap ke
SMP 3, artinya harus meninggalkan SMP 5. Aku serahkan kepada takdir dari Allah SWT,
yang maha Berkehendak, karena sesungguhnya aku hanya menjalankan tugas, di manapun.
Keren... Bunda, dikira mendua (selingkuh) setelah dibaca tulisannya. Menyatukan dua sekolah seperti keluarga mantap
BalasHapusTerimakasih ats apresiasinya, bunda..
HapusSungguh luar biasa bu.. Tetap semangat..
BalasHapusMakasih Mas, semangat juga yah....
HapusMantap tulisan2 ambu
BalasHapusMakasih ata apresiasinya Pak Didi..
HapusMantapp ambu.. Mendua nih yaa. Menyatukan 2 sekolah acara bukber keren sekali. Dua sekolah satu ibu. Mantullllll
BalasHapusHahaha.. ia neng Nyandung🤭
BalasHapusMenduanya mantap ini...layaknya adik kakak
BalasHapusSukses selalu Ambu
Makasih Bu, sukses juga untuk ibu yah..
BalasHapusluar biasa kisahnya, dan patt dicontoh kepala sekolah lainnya. jadi kepengen nonton film ambu, hehehe
BalasHapus