Patidusa


 Satu 

Oleh : Ambu Guru

Satu
Angka teristimewa
Penggenap yang ganjil
Pun mengganjilkan yang genap.

Adam satu Hawalah keduanya
Tak bisa sendiri
Begitulah hakikatnya
Makhluk.

Satu
Takkan bisa
Selalu tercipta berpasangan
Hakikatnya makhkuk tak sendiri-sendiri.

Sang Khalik pencipta semesta
Keesaan-Nya adalah mutlak
Yang Tunggal
Satu.

Cipanas, 24 Juni 2021

Puisi di atas adalah genre Patidusa ( empat tiga dua satu). Jenis puisi tersebut adalah Patidusa Bias.

 Dalam satu bait Patidusa ada empat baris: 
Empat adalah empat kata, baris pertama
Tiga adalah tiga kata, baris ke-2
Dua adalah dua kata, baris ke-tiga
Satu adalah satu kata baris ke-empat.
Bait ke-2, susunan dibalik menjadi: satu dua tiga empat . Itulah patidusa asli, yang diciptakan pertama kali oleh Agung  Wibowo pada tahun 2015. Kemudian dinamai Paditusa oleh Agus Supriadi.

Pada perkembangannya Patidusa mengalami pengayaan format, menjadi 1234-4321, dinamai Patidusa Bias. Kemudian format 1234-1234, dinamai Patidusa Cemara, dan 4321-4321 format Tangga.

Berikut adalah  Patidusa Cemara, sebuah karya lama Ambu, ketika pertama kali kenal genre puisi ini:

Patidusa
Oleh : Ambu Guru

Patidusa
Namamu indah
Baru kukenal gayamu
Empat Tiga Dua Satu.

Patidusa
Penawar Rasa
Luapkan emosi jiwa
Nan membuncah di dada.

Patidusa
Dalam bingkaimu
Kutuang segala rasa
Luapkan habis tak bersisa.

Cipanas,15 Desember 2020

Demikian tulisan pada Kamis menulis kali ini. Terima kasih kepada pengunjung. Salam literasi.






Komentar

  1. Luar biasa patidusa biasnya Ambu. Adam dan Hawa memang satu pasangan yang Allah ciptakan. Yang akhirnya sampailah kita sebagai keturunannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Bu Sri.. kita ada karena ada no 1 dan 2 hehe..

      Hapus
  2. Mantap dapat ilmu baru patidusa. .... Sambil menikmati puisi indahnya. Terima kasih Ambu. Salam sukses salam Literasi

    BalasHapus
  3. Puisi patidusa yang mantap plus ilmunya. Terima kasih Ambu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENAHAN GODAAN

Kata, Rasa, dan Rupa Kehidupan dalam Akrostik

INDAHNYA NAN MERAYU