Telelet: Kabulkanlah Pengharapan
Mencoba menulis puisi genre yang baru kukenal: Telelet.
Puisi ini terdiri dari 7 bait. Sistematika banyaknya larik dalam bait 3-4-5-6-5-4-3. Larik dalam bait yang sama harus memiliki rima yang sama, dua huruf terakhir.
Inilah puiisi Telelet perdanaku:
Kabulkanlah Pengharapan
Oleh : Ambu Guru
Lihatlah, kehidupan semakin pahit
Semakin terpuruk, pengusaha pailit
Rakyat semakin menjerit.
Corona ternyata dikau begitu sadis
Merenggut damai berganti sejuta tangis
Bukannya hilang malah manambah tragis
Menutup jalan rezeki kami sepenuh sinis.
Kini kami meniti hari tanpa kepastian
Terpenjara di rumah dalam kekalutan
Media banyak berkabar tentang kematian
Ratusan bahkan ribuan jenazah dikuburkan
Sungguh melemahkan hati dalam ketakutan.
Sepertinya tercatat kelak sebagai sejarah yang paling kelam
Seakan siang telah hilang berganti gulitanya malam
Roda kehidupan manusia seakan perlahan tenggelam
Terbelenggu ketakutan yang mencekam
Sinar memudar, pupus lalu menghitam
Aura bumiku semakin muram
Isak tangis sambung menyambung memilukan
Melihat orang-orang terkasih dijemput kematian
Tiap waktu terdengar kabar duka nan mengenaskan
Seakan diri tinggal menunggu giliran
Akan terlepas nyawa dari kehidupan.
Robbi hanya pada-Mu kami panjatkan
Kuatkan di dada kami pengharapan
Agar kami tak gadaikan keimanan
Tunjukkan jalan tuk kami bertahan
Berikankah senjata kepada kami
Selalu kompak melawan pandemi
Menjemput kehidupan yang bersemi.
Cipanas, 19 Juli 2021
Keren bu.
BalasHapusMakasih apresiasinya , Ni Hj..
HapusPuisi perdananya luar biasa. Betul-betul penuh pengharapan dari lubuk hati yg paling dalam. Semoga wabah ini segera pergi.
BalasHapusAamiin...
HapusMakasih sudah mampir
Manttappp,,,pengen bisa juga niihh
BalasHapusAyo buat, pasti dikau lebih mantaaap
HapusWah mantap Ambu. Langsung praktek ilmunya.
BalasHapusMencoba menjajagi ilmu baru hehe..
HapusLangsung lahir puisi yang berawal dari obrolan di grup. Mantap sekali.
BalasHapusHehe.. makasih Pak D..
HapusCakep
BalasHapusMakasih Bunda..
HapusLuar biasa Ambu..sudah langsung action..u puisi telelet perdananya.. Lanjutkan!
BalasHapusSemoga Allah kabulkan segala harap
Untuk bumi terbebas dari virus yang menjerat
Aamiin
Aamiin.. makasih apresiasinya..
HapusWOW . Keren .. terasa indahnya dan amanatnya juga jelas.
BalasHapusMakasih apresiasinya Bang BJ..
HapusLangsung jadi....indah sekali. Mantap Ambu. Salam Literasi
BalasHapusMakasih sudah mampir, salam literasi..
HapusTeleletnya diacungi jempol Ambu
BalasHapusMakasih Bu Rita atas apresiasinya
HapusSangat kreatif Bu. Puisi telelet ini memacu penguasaan diksi. Keren.
BalasHapusIya Pak, tantangannya cukup tinggi..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMantap, Ambu. Baris terakhir 'kembali' dihapus saja sebaiknya. Kalimat sampai bersemi saja biar rimanya pas. 😆
BalasHapusSiap, Mas. Makasih masukannya, sangat berharga.
HapusMenyimak banyak diksi yang menarik...
BalasHapusMakasih Mas Indra
Hapus