Belajar Mengajar Kolaborasi

 


Tantangan Kamis Menulis, 30 September 2021, adalah menulis dari tema tiga kata: Belajar, Mengajar, Kolaborasi.  Kali ini saya menyajikan sebuah artikel sederhana yang diambil dari berbagai sumber. Selamat membaca, semoga bermanfaat.


Pengertian Kolaborasi

Kolaborasi merupakan kata serapan dari  bahasa Inggris collaboration, yang sering diartikan sebagai kerjasama. Namun ada kata lain dalam Bahasa Inggris yang juga diartikan sebagai kerjasama, yaitu cooperation (kooperasi). Menurut para ahli ada sedikit perbedaan makna antara collaboration dan cooperation. Sebagaimana dilansir dalam portal ibe.unesco dikatakan,

Sometimes cooperative and collaborative learning are used interchangeably but cooperative work usually involves dividing work among the team members, whilst collaborative work means all the team members tackle the problems together in a coordinated effort.”

Walaupun istilah kolaborasi dan kooperasi sering digunakan secara bergantian, namun pada kooperasi terdapat pembagian tugas yang jelas antar anggota (team), sedangkan pada kolaborasi seluruh anggota team lebur menyelesaikan pekerjaan bersama.

Keterampilan kolaborasi menjadi salah satu dari 4 keterampilan abad 21 yang dirumuskan UNESCO, yang dikenal dengan sebutan 4C, yaitu mencakup; critical thinking, communication, creativity, dan collaboration. Masih menurut portal ib.unesco, collaborative learning is a relationship among learners that fosters positive interdependence, individual accountability, and interpersonal skills.

Pentingnya Kolaborasi

Kolaborasi sesungguhnya merupakan kebutuhan manusia, di mana secara alamiah manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, bekerjasama, dan saling bantu membantu antar sesama. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran, kolaborasi merupakan suatu keniscayaan. Pada kegiatan belajar konvensional, kolaborasi biasanya dilakukan antar siswa atau guru dalam satu sekolah atau dalam satu kelas yang sama.

Pembelajaran secara kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah, baik bagi siswa maupun bagi guru. 

Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain; 1) Siswa mendapatkan pengalaman bekerjasama bukan hanya dengan sesama teman sekelasnya, namun dengan siswa lain yang sebelumnya belum mereka kenal, 2) Dalam pembelajaran kolaborasi, interaksi antar siswa yang baru mereka kenal menjadi terarah karena mengikuti program yang sudah direncanakan oleh guru, 3) Kegiatan yang bersifat kolaboratif biasanya akan mendorong motivasi dan semangat kompetitif dalam arti positif bagi siswa, 4) Siswa juga mendapatkan sumber belajar yang banyak dari guru selain guru sekolahnya sendiri yang selama ini mereka kenal.

 Di samping keuntungan-keuntungan tersebut, tentu masih banyak nilai lebih lainnya, baik yang langsung maupun yang tidak langsung.

Jadi pembelajaran kolaborasi merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap saling ketergantungan secara positif, menunjukkan sikap taggungjawab setiap individu, serta keterampilan komunikasi interpersonal. 

Pembelajaran kolaboratif merupakan sebuah proses di mana peserta didik pada berbagai tingkat kemampuan (kinerja) bekerja sama dalam kelompok kecil menuju tujuan bersama. Ini adalah pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada peserta didik yang berasal dari teori pembelajaran sosial serta perspektif sosio-konstruktivis tentang pembelajaran.

Untuk memudahkan pemahaman, kolaborasi dapat diklasifikasi sekurang-kurangnya pada tiga ranah, yakni; kolaborasi sebagai kompetensi, kolaborasi sebagai aksi atau implementasi, dan kolaborasi sebagai model pembelajaran.

Sebagai kompetensi, kolaborasi termasuk salah satu dari empat keterampilan abad 21 yang disarankan oleh UNESCO. Kompetensi ini sudah diadopsi pada Kurikulum 2013.

Kolaborasi dalam Proses Pembelajaran

Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerja sama dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan.

Kecakapan terkait dengan kolaborasi pembelajaran, antara lain sebagai berikut:

1. Siswa memiliki kemampuan dalam kerja sama berkelompok.

2. Siswa dapat beradaptasi dalam berbagai peran dana tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan yang lain.

3. Siswa memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.

4. Siswa mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.


Untuk menanamkan karakter kolaboratif, tentu guru harus menerapkan berbagai model pembelajaran kolaboratif. Karakter kolaboratif harus diimplementasikan langsung dalam proses pembelajaran, bukan hanya dipelajari secara verbal.

Terdapat banyak model-model Pembelajaran Kolaboratif, antara lain yang disebutkan oleh Suryani (2010), seperti: 1) Learning together, 2) Team Game Tournament, 3) Group Investigation, 4) Academic Constructive Controversy, 5) Jigsaw Prosedure, 6) Student Team Acheivment Division, 7) Complex Instruction, 8) Team Accelerated Instruction, 9) Cooperative Learning Structure, 10) Cooperative Integrated Reading and Composition.

Suryani juga mengungkap sejumlah keunggulan dengan penerapan pembelajaran kolaboratif, sebagai berikut; 1) prestasi belajar lebih tinggi; 2) pemahaman lebih mendalam; 3) belajar lebih menyenangkan; 4) mengembangkan keterampilan kepemimpinan; 5) meningkatkan sikap positif; 6) meningkatkan harga diri; 7) belajar secara inklusif; 8) merasa saling memiliki; dan 9) mengembangkan keterampilan masa depan.

Kolaborasi dalam Mengajar

Kebutuhan kolaborasi, tentu saja bukan hanya bagi siswa, tapi juga untuk guru dan tenaga kependidikan lainnya. Bahkan hampir seluruh profesi saat ini tidak bisa bekerja sendirian, sebagaimana ditulis Purwanto (2015) bahwa pada era informasi, berkembang budaya kerja baru yang berbeda dengan era industri. 

Jika pada era industri pekerja dituntut memiliki spesialisasi dan sertifikasi, maka di era informasi, pekerja dituntut mampu berkolaborasi dan bekerjasama dalam suatu tim untuk menghasilkan produk atau pelayanan. Demikian juga bagi seorang guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang berbasis TIK memerlukan kerjasama atau kolaborasi antara pendidik dengan berbagai jenis tenaga kependidikan dan tenaga ahli lainnya.

Team Teaching sebagai Bentuk Kolaborasi Guru


Engkaswara (2003), menyatakan team teaching adalah suatu sistem mengajar yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih, mengajar sejumlah anak yang mempunyai perbedaan-perbedaan baik minat, kemampuan maupun tingkat kelasnya. Definisi tersebut sama seperti apa yang dijelaskan oleh Sudjana (2004), team teaching pada dasarnya adalah metode pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih yang saling bekerjasama mengajar kelompok siswa.

Menurut Ahmadi dan Prasetya (dalam Jamal Ma’mur, 2010), team teaching adalah pengajaran yang dilaksanakan secara bersama oleh beberapa guru. Guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar beregu ini menyampaikan bahan pelajaran dalam waktu dan tujuan yang sama. Salah seorang pendidik biasanya ditunjuk sebagai koordinator. Cara pengujiannya, pendidik membuat soal masing-masing, kemudian soal tersebut digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut (Sukardi, 2013)

Metode pengajaran Team Teaching merupakan metode yang melibatkan beberapa unsur dalam pelaksanaan proses mengajar. Unsur-unsur tersebut bisa menggunakan kuantitas guru atau pendidik yang jumlahnya lebih dari satu untuk menangani satu mata pelajaran atau memiliki pembagian tanggung jawab di dalam proses mengajar. 

Tim tidak hanya terdiri atas guru formal saja, tetapi juga atas guru nonformal dan orang-orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian dan tujuan pembelajaran yang dibutuhkan (Nasih dan Kholidah, 2013).

Langkah-Langkah Pengajaran Beregu

a. Pendahuluan

Guru yang menjadi pimpinan tim harus menjelaskan tentang kopetensi yang harus dikuasai oleh peserta setelah mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya memberikan penjelasan, bahwa pelajaran pada jam ini akan disajikan oleh beberapa orang dan apabila perlu anggota tim diperkenalkan kepada peserta didik.

b. Penyajian

Anggota-anggota tim memberikan informasi penjelasan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran. Pada waktu seorang guru sedang menjelaskan materi, anggota lain diperkenankan memberikan keterangan, baik berupa tambahan atau pengurangan materi. 

Setelah anggota yang menyelangi itu selesai memberikan keterangan tambahannya, atau pengurangan keterangan, maka anggota pertama tadi meneruskan keterangannya.

Apabila ada ketidaksesuaian antara keterangan anggota pertama dengan anggota yang lainnya, maka mungkin terjadi diskusi atau musyawarah antara anggota tim. Anggota kedua melanjutkan pelajaran. 

Proses penyajian bahan pada langkah ketiga ini berlangsung seperti pada langkah kedua. Anggota ketiga melanjutkan pelajaran. Prosesnya sama dengan yang di atas. Pemimpin tim menyajikan kesimpulan tentang isi bahan pelajaran.

c. Penutup

Peserta didik boleh menyalin atau bertanya atau memberikan tanggapan-tanggapan terhadap isi pelajaran. Pada Penutup ini juga bisa dilakukan
 penilaian.

Referensi:

https://pusdatin.kemdikbud.go.id/pembelajaran-kolaboratif-di-era-dan-pasca-pandemi-mengapa-tidak/                         
 Journal.lppmunindra.ac.id
 Scholar.google.co id

Komentar

  1. Bukan hanya membuat puisi yang mampu menggugah jiwa, namun Ambu juga luar biasa menulis artikel. Terimakasih Ambu untuk share ilmunya.

    BalasHapus
  2. Mantap informasinya Ambu, Terimakasih. menambah ilmu disini. Salam Literasi

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Hahaha.. inilah gaya artikel sy..krn terbiasa nulis KTI

      Hapus
  4. Terlepas dari betapa pintarnya seorang murid, tetaplah butuh kerjasama yang dalam hal ini adalah kolaborasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas, krn hakikatnya kita adalah makhluk sosial..

      Hapus
  5. Mantap mabu cantik... sangat sistematis dan keren... sehat selalu Ambu...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENAHAN GODAAN

Kata, Rasa, dan Rupa Kehidupan dalam Akrostik

INDAHNYA NAN MERAYU