Sehimpun Telelet

 BENCANA BELUM BERAKHIR

Oleh: Ambu Guru

Belum kering luka
Menghujam dalam duka
Tiada tenang meneguk suka.

Seiring hujan yang menderas
Ribuan manusia didera rasa cemas
Sesak hati direjam perasaan was-was
Dahsyatnya bencana masih terasa jelas.

Perut bumi diekploitasi
Puaskan serakah penuh ambisi
Berbekal lembaran sakti legalisasi
Mereka abai akan langkah antisipasi
Akhirnya bumi meratap alami degradasi.

Bagaikan amarah yang diluapkan
Amukan itu datang begitu mengerikan
Bukit- bukit tak kuasa menopang badan
Memuntahkan lumpur meluluh-lantakkan
Sawah, ladang, rumah, tergulung ganasnya longsoran
Banjir bandang pun menerjang tidak tertahankan.

Jerit dan tangis manusia membahana
Saksikan kehancuran yang tak dinyana
Hanya lautan lumpur terlihat di mana-mana
Menyambut mereka sengsara merana
Terjebak dalam lelah derita di sana.

Dan kini malapetaka masih mengancam
Sadari kawan, itu akibat rusaknya alam
Banjir longsor menghantam kejam
Sanggupkah manusia meredam?

Hentikan ulahmu, sudah
Dengan bumi bersahabatlah
Seraya memohon perlindungan Allah.

Cipanas, 14 Nopember 2022



TOLONG PEDULILAH
Oleh : Ambu Guru

Cuanmu bisa jadi berkoli-koli
Hingga pulau pun bisa kaubeli
Namun, adakah di hatimu rasa peduli?

Engkau hidup begelimang harta
Rumahmu bagaikan istana kautata
Mobil-mobilmu berharga ratusan juta
Kauhidup dalam kemewahan dunia semata.

Uang yang kau habiskan begitu banyak
Fantastis, sungguh membuatku terhenyak
Tak kausayangkan karena menurutmu layak
Namun, sayang kehidupan sekitarmu tak kausimak
Pengeluaranmu senilai kebutuhan ribuan anak.

Tak tersentuhkah hatimu akan kemiskinan?
Tak sukakah kau halau kabut kelabu kedukaan?
Tak bahagiakan kau melihat merekahnya  senyuman?
Dari bocah-bocah yang kau beri uluran tangan?
Euforia, hidup glamor, kalbumu terbutakan
Berpesta pora di atas sejuta penderitaan.

Penampilanmu sejuta dolar
Demi menjaga auramu tetap bersinar
Tuk menuai pujian dalam tangkapan layar
Agar tetap terkenal sebagai selebrita terkabar
Mengapa kau tidak meraih simpati dengan benar?

Aksi kemanusiaan akan lebih dihargai
Pasti menjadikanmu sosok yang dicintai
Ribuan bahkan jutaan netizen akan menyukai
Kini belum terlambat tuk memulai.

Jalan kehidupan tak abadi
Kini senang kelak sengsara, bisa jadi
Namun, amal baik kelak akan berbalas budi.

Cipanas, 14 Nopember 2021



Komentar

  1. Waaaw terkesima dengan telelet Ambu... semoga banyak yang membaca hingga banyak pula yang tersadar dan peduli terhadap orang-orang sekitar dan alam raya.

    BalasHapus
  2. Bagus puisinya, sayang saya tidak membuat puisi, bagi dong rahasianya

    BalasHapus
  3. Keren mantul luar biasa.. maa syaa الله

    BalasHapus
  4. Teletet yang mengesankan. Begitulah ulah manusia. Merusak alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Pak. Ketika rasa peduli sudah menipis..

      Hapus
  5. Semakin senang saya mmbaca telelet Ambu.

    BalasHapus
  6. MasyaAllah indah sekali untaian katanya Bu, andai saja saya bisa merangkai kata seindah ini... 🥰🥰

    BalasHapus
  7. Puisi yg penuh haru, kegelisahan batin hasil dari pengamatan. Banyak makna yg tersirat Ambu. Puisi telelet yg luar biasa.

    BalasHapus
  8. Dua sajian yang mestinya mengusik pemilik hati.

    Terkesima saya dengan kata-kata lugas juga kias tentang fenomena yg terjadi saat ini.

    BalasHapus
  9. Salam kenal, Ambu. Duh...teleletnya bikin merinding, deskriptif banget...hadir diimajinasi, guncang imajinasi. Suka banget, Ambu.

    BalasHapus
  10. Telelet Bunda semakin mantabbe saja. tambah dalam dan diksinya mengena banget. Alurnya tambah keren.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INDAHNYA NAN MERAYU

SEPULUH HARI PERTAMA DI TAHUN BARU Dalam Akrostik

Media Sosial, Bahagia dan Sengsara