ROMANTIKA PJJ


 Tantangan Kamis menulis di Komunitas Lagerunal, tanggal 24 Februari ini bertema :Roman. 

Roman dalam KBBI memiliki enam pengertian, diantaranya adalah mimik muka dan cerita. Dua roman tersebut saya ambil untuk tulisan berikut ini.


Romantika Pembelajaran Jarak Jauh Babak Kedua

Ternyata si Covid belum mau pergi. Padahal warga sekolah sedang semangat-semangatnya belajar, jadinya terpasung kembali. PTMT bulan Januari baik-baik saja, tetiba harus ditutup kembali pada pertengahan bulan Februari. Sang trouble maker-nya adalah si Omicron.

Menyusul tiga orang personil sekolah kami terpapar virus itu, kami harus menutup kembali PTMT. Sebagai gantinya kami menyelenggarakan PJJ  daring, selama satu minggu. Pembelajaran daring dilaksanakan melalui chat Whatsapp grup masing-masing kelas. Media WA adalah satu-satunya andalan kami. Karena sinyal yang kurang stabil, kami tidak bisa memanfaatkan flatform- flatform belajar yang lebih menarik.


Pada hari pertama, saya bergabung dengan semua grup kelas. Hal ini dilakukan agar dapat memantau kondusivitas pembelajaran di semua kelas. Bersyukur sekali karena semua kelas sudah memulai aktivitasnya tepat waktu. Padahal enam orang guru dalam kondisi sakit, tetapi mereka masih berusaha melayani peserta didiknya. Kehadiran peserta didik pada hari pertama ini hanya 60%!

Hari kedua, pembelajaran berlangsung lebih seru. Keseruan itu saya rasakan karena dalam waktu lima menit saja tidak membuka HP, maka notifikasi ratusan chat muncul. Karenanya saya optimis absensi pembelajaran akan lebih baik dari pada hari pertama. Senyatanya, pembelajaran berproses lebih baik, bahkan tidak terbatas jam pelajaran. Sampai malam pun masih ada interaksi antara siswa dan gurunya. Itulah kelebihan dari PJJ, bisa menembus ruang dan waktu.

Hari ketiga, saya tidak usah lagi mengingatkan kelas yang masih kosong ketika jam pertama dimulai, karena aktivitas sudah teramati berjalan seperti yang diharapkan. Namun di tengah optimisme itu, ada kabar yang tidak enak didengar.

Seorang guru mempertanyakan sampai kapan PJJ berlangsung. Dia bilang sudah tidak tahan dengan gunjingan warga di sekitarnya yang menyebut sekolah kami SMP Omicron. Miris sekali perkataan mereka yang menuding PJJ sebagai alasan kemalasan guru ke sekolah. Astagfirullaah..! Membayangkan roman mereka ketika bergunjing itu membuat panas hati.

Masyarakat sekitar sekolah kami memang masyarakat yang paling bebal di Kecamatan kami. Tingkat prosentase vaksinasi adalah yang terkecil. Mereka tidak percaya adanya Covid ini. Sehingga tidak mau memahami alasan kami melaksanakan PJJ.

Ketika saya konfirmasi masalah ini kepada Kepala Desa, beliau memberi saran agar tidak usah menggubris omongan warga, karena memang begitu tabiat warga di desa ini. Ya, akhirnya kami hanya menunggu kondisi guru-guru kami pulih kembali, semoga minggu depan PTMT kembali dibuka, Aamiin.


Komentar

  1. Subhanallah. Semoga guru guru sabar dalam melalui ujian ini

    BalasHapus
  2. Romantika yang penuh perjuangan...
    Harus semangat

    BalasHapus
  3. Semoga guru-guru yang terpapar segera sehat sehingga bisa mlksanakan tugasnya dengan baik. Terkadang mereka menilai hanya dari sisi jeleknya, guru sllu di nilai jurang mengenakkan. Semoga warga bisa memahami keadaan ini. Hal ini tidak di harapkn sama skli. Justru sebenarnya guru ing8n pelaksanaan oembelajaran seoerti dulu.

    BalasHapus
  4. Sabar dan tetap semsngat Bspak Ibu Guru.....salam

    BalasHapus
  5. Aamiin ya Allah. Tetap semangat bapak ibu guru. Semoga segera pulih. Aamiin

    BalasHapus
  6. Kesadaran masyarakat akan pandemi ini memang mutlak diperlukan. Terlebih ketika pandemi ini semakin panjang berlangsung.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENAHAN GODAAN

Kata, Rasa, dan Rupa Kehidupan dalam Akrostik

INDAHNYA NAN MERAYU