Putri yang Mandiri
Putri yang Mandiri
Putri, anak kelas 5 itu, perawakannya tinggi kurus dan berparas manis. Setiap pagi selalu menyiapkan semua kebutuhannya sendiri. Dia tak pernah berharap ibunya akan menyiapkan sarapan untuknya dan kedua adiknya. Sejak dini hari ibunya membantu majikannya berjualan sayuran di pasar, dan akan pulang sebelum Putri berangkat sekolah.
Selain keperluan sekolah ia juga sudah menyiapkan beberapa bungkus permen dan satu termos es mambo yang akan ia jual di sekolah. Semua itu ia lakukan dengan ikhlas demi membantu ibunya mencukupi kebutuhan hidup mereka. Ia tak pernah mengeluhkan beban hidupnya, walaupun perasaan minder terkadang ia rasakan ketika ada anak-anak yang mencibirnya.
Bu Siti, guru kelasnya, tidak melarang ia menjajakan jualannya itu di kelas asalkan bukan pada jam pelajaran. Bu Guru sangat memahami kondisi keluarga Putri sekarang yang jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya, ketika ayah Putri masih ada. Sang ayah entah pergi kemana setelah dibelit utang judi.
"Put, kamu yang sabar ya Nak. Jangan diambil hati omongan anak- anak yang usil. Kamu itu menjadi kebanggaan kami, karena kamu berprestasi," bu Siti selalu menghibur Putri ketika ia kedapatan sedang bersedih akibat ulah teman-temannya.
"Kasihan sekali anak sekecil ini harus menanggung beban hidup yang menyedihkan," bu Siti membatin, "Tapi salut akan kecerdasannya. Ia juga begitu mandiri, semoga ia menjadi orang yang sukses kelak," sambungnya.
Setiap sore Putri belajar di rumah bu Siti. Dengan bimbingan gurunya itu ia bersemangat untuk mengikuti lomba murid teladan di tingkat Kecamatan. Tinggal menghitung hari lomba itu akan dilaksanakan.
"Ma, kata Bu Guru, pengumuman lomba itu hari ini. Tadinya aku gak ke sekolah, karena Mama sakit," kata Putri
"Gak apa-apa, Nak. Pergi aja, sebentar lagi juga Mama baikan, hanya masuk angin karena kehujanan tadi subuh," sahut ibunya Putri.
Walaupun berat hati Putri berangkat juga ke sekolah. "Bandar permen sudah datang nih," seru Santi. Ia anak yang paling sering mengganggu Putri. Teman-temannya cekikikan mendengar seruan Santi. "Jualan tuh di pinggir jalan sono, ini jualan di kelas, dasar gak punya malu!" sambung Santi.
Putri hanya bisa menunduk ketika melewati kerumunan itu. Tiba-tiba, Gedebuk! Putri jatuh. Termos esnya terlempar dan sebagian isinya berhamburan. Rupanya Santi tiba-tiba sengaja menjulurkan kakinya sehingga kaki Putri tersandung.
Melihat hal itu mereka tertawa tebahak- bahak. Untungnya beberapa teman Putri membantu Putri berdiri.
"Jangan Isma!" seru Putri kepada temannya yang mau membereskan es mambo yang berserakan di lantai "Biar aku saja, karena sudah kotor jangan disatukan ke dalam termos," ujar Putri sambil berusaha menahan air matanya.
"Ada apa ini? Mengapa es mambo berserakan di lantai?" tanya bu Siti.
"Ulah Santi, Bu Guru," jawab Isma.
"Enak aja kamu bilang "Orang dia jatuh sendiri," Santi mengelak. Anak-anak lain menunduk tak berani mengangkat wajah.
Lalu bu Siti meminta Santi, Isma, Putri dan dua anak lainnya mengikutinya ke ruang guru. Akhirnya Santi mengakui perbuatannya. Sebagai hukumannya ia harus mengganti kerugian Putri karena es mambo yang rusak. Ditambah pula harus membersihkan lantai tempat es itu berserakan.
Lonceng masuk pun berbunyi, anak-anak masuk ke kelas setelah berbaris rapi di depan kelas, untuk diperiksa pakaian dan kuku tangannya. Di kelas 5, terdengar gemuruh dan tepuk tangan. Ternyata bu guru mengumumkan bahwa Putri berhasil menjuarai lomba murid teladan tingkat Kecamatan, dan akan terus berlomba ke tingkat Kabupaten minggu depan. Putri terlihat begitu bahagia dan ceria. Ia pun menerima sejumlah uang dalam amplop sebagai hadiah atas kerja kerasnya selama ini. Di tengah keprihatinan, jiwa mandiri dan ulet telah menempa Putri menjadi anak yang berprestasi.
Cerita yang inspiratif. Kemandirian putri layak dijadikan contoh bagi anak-anak yang manja. Keren, Ambu.
BalasHapusMenarik, cerita yang penuh hikmah.
BalasHapusSukses untuk putri... Tetaplah semangat Nak! Insyaallah jiwa kemandirianmu kan membawa kebahagian dalam hidupmu kelak. Aamin
BalasHapusSaya suka jalan ceritanya
BalasHapusMantabbe ceritanya. enak bangett
BalasHapusMenarik sekali ceritanya bu
BalasHapusRenyah sekali ceritanya...mengalir ehhh tahu-tahu udah selesai. Bravo Ambu
BalasHapusCeritanya mengalir Ambu, penuh inspiratif.
BalasHapusSetuju...Kita sebagai ibu harus juga mengajari anak-anak hidup mandiri,krn kalau sdh bisa mengurus sendiri, hidupnya nyaman, mantap
BalasHapus