Memori Kampung Masa Kecilku
Setiap kali
berkunjung ke tempat wisata di perkebunan teh itu, serasa ada gejolak dalam
batinku. Sebuah rasa rindu yang menyeruak dari relung-relung paling dalam di
hatiku. Ingatanku melayang ke masa lampau ke kehidupanku di masa kecil. Masa kecilku
yang indah ketika tinggal di sebuah perkebunan teh.
Aku memang
lahir dan dibesarkan sampai usia SMP di perkebunan teh di wilayah Pangalengan
Bandung Selatan. Ayahku adalah staf administrasi di kantor BUMN itu. Sehingga
mau tidak mau kami sekeluarga tinggal di sana. Sebuah desa yang asri di dataran
tinggi pegunungan.
Masa kecil
yang indah saja yang selalu terkenang, yang dengan bangga aku ceritakan kepada
anak-anakku. Tentu saja banyak hal aneh bagaikan dongeng nina bobo bagi
anak-anakku, karena tidak pernah mengalami keseruan-keseruan seperti yang aku
alami.
Setiap pagi
yang dingin, sinar mentari lembut menghangatkan tubuh etika kubuka jendela
kamarku. Terbentang hamparan kebun teh yang sangat memanjakan mata dan
membangkitkan energi semangat yang terbarukan setiap hari. Cicitan
burung-burung menambah keceriaan pagi-pagiku. Ketika aku ceritakan hal ini,
anak-anakku mereka berseru,”Wah! enak sekali dong, Ma. Tapi beneran begitu, Ma?”
Mereka nampak takjub ternganga seakan tak percaya bahwa begitulah yang kualami
di masa kecilku.
Mereka
tidak percaya bahwa aku berjalan kaki sejauh tiga kilometer untuk sampai ke
sekolah semasa SMP. Aku bersama teman-temanku selalu beriringan dengan ceria di
jalan setapak di tengah-tengah luasnya perkebunan teh. Rasanya tidak pernah aku merasa lelah atau
mengeluh menempuh perjalanan yang cukup jauh itu. Yang ada adalah perasaan
senang dan seru. Terlebih bila hujan turun dalam perjalanan pulang sekolah. Itu
adalah saat yang paling seru kami nikmati. Seingatku, dahulu bila hujan jarang
sekali disertai petir seperti sekarang. Apakah karena di dataran tinggi atau
ada penyebab lain?
Selain
kebun teh yang luas, kami melewati ladang-ladang petani di lahan-lahan kosong di pinggiran perkebunan. Ladang sayuran seperti kubis,
kentang, tomat, cabai, dan lain-lain, menambah indahnya pemandangan yang
memanjakan mata kami.
Ayah kami,
walaupun pegawai kantoran, tapi beliau sangat gemar bercocok tanam. Di belakang
rumah dinas itu ada lahan luas yang boleh dimanfaatkan untuk berkebun. Masih
ingat keseruan bila panen kentang tiba. Anak-anak sekampungku dengan sabar
menunggu giliran mencari kentang-kentang kecil sisa panenan. Hanya orang tua
yang boleh menggali kentang, agar kentang tidak cacat sehingga memiliki nilai jual yang
baik, begitu ayahku bilang. Keseruan saat menemukan kentang-kentang kecil sisa
panenan itu sangat menggembirakan kami. Lalu kami membuat api di kebun sampai
banyak abunya untuk memanggang kentang-kentang itu. Setelah matang kami pindahkan
ke atas daun pisang dan kami pun makan kentang bakar yang dibubuhi garam dengan
riangnya. Itulah sekelumit gambaran indahnya masa kecilku.
Kini, setiap
kali berwisata ke perkebunan teh, di mana pun itu, kerinduan kepada kampung
masa kecilku selalu bangkit. Namun aku tidak pernah ke kampung masa kecilku
dulu, selain sudah tidak ada sanak saudara di sana, akses jalan menuju ke sana pun
sangat jelek. Namun kenangan akan kehidupan masa kecilku terasa bermain di
pelupuk mata ini ketika hadir di depanku hamparan kebun teh yang luas dengan aura
dan aromanya yang khas. Mungkin karena di alam bawah sadarku mengendap rupa
warna kehidupan kecilku yang telah kuhirup di sana. Sering terbesit kerinduan
ingin kukunjungi kampung kecilku itu, sekedar melepas rasa kangen. Semoga suatu
saat nanti aku bisa ke sana.
Kenangan yg indah memenag akan melekat selalu ya Bun. .
BalasHapusBetul Bu. Makasih sudah berkunjung..
HapusCerita yang indah.
BalasHapusPermainan kata-katanya bagus karena seneng berpuisi ya Bu. Luar biasa.
Makasih Bu Mien..
HapusSerasa ikut berjalan di jaln setapak di perkebunan teh... Senang sekali Ambu.. kenangan indah itu tak kn terlupa.. dan bisa datang kesana ada rasa yang luar biasaš„°
BalasHapusMakasih hadirnya Bu Atik..
HapusMasa kecil yg indah baik dikenang .... Dan beri rasa indah pada anak kecil terutama anak , cucu n ponakan
BalasHapusBetul Pak Dail...
HapusMakaaih sudah berkunjung..
Kenangan yang tidak mudah dilupakan. Keren...tulisannya sangat menginspirasi
BalasHapusMakasih Mak..
Hapusberbicara perkebunan teh, saya jadi inget saat ke lembang bandung,indah bu salam kenal
BalasHapusMakasih .. ssalam kenal kembali..
HapusAsyiknya masa kecil hingga selalu terkenang. Berjalan kaki 3 km di antara rimbunnya pohon teh, dll. duh ... serunya.
BalasHapusMakaaih sudah mampir Bu..
HapusTerbayang rasanya hidup di wilayah kebun teh. Udara sejuk,, dingin dan hamparan tanah yang luas sejauh mata memandang. Tentunya sangat berkesan ya Ambu.
BalasHapusSehat selalu ya Ambu
Betul Mas, sangat berkesan. Makasih salam sehat..
BalasHapusTernyata Ambu wanita Sunda. Saya juga Ambu tapi Jawa Sunda tepatnya di desa Cimahi hilir, kampung ibu saya. Saya suka pemanandangan alamnya. Tapi sekarang banyak Bukit dan Gunung gundul
BalasHapusCara mengemas cerita menarik dan runtut..
indah sekali kampung nya Ambu
BalasHapus