Ekspektasiku, Perpustakaan Pribadi


 Sejak masa sekolah, tentu kita selalu bergelut dengan buku. Apalagi karena  kodrat zamannya 50 tahun sampai 15 tahunan lalu, buku adalah sumber belajar yang sangat vital. Jadi, selama sekolah dari SD sampai lulus perguruan tinggi bisa jadi ratusan buku pernah dimiliki. Sedemikian banyaknya buku tersebut, adakah diantara kita yang rajin menyimpannya?

Saya lulus kuliah tiga puluh tahunan yang lalu. Saat itu saya rajin menyimpan semua buku bekas kuliah di rak. Saya pikir buku-buku itu tentu masih sangat bermanfaat untuk referensi keilmuan atau untuk dipelajari kembali bila ada yang sesuai dengan bidang tugas ke depannya, bila saya menjadi guru.

Selama berbulan-bulan rak buku itu hanya sebagai pajangan dan lama-lama berdebu dan usang. Saya tidak pernah merawatnya apalagi membaca buku-bukunya. Terlebih setelah saya menikah dan merantau jauh dari rumah. Ketika saya pulang buku-buku itu sudah pindah tempat ke dalam kardus! Alasannya karena adik-adik saya memakai raknya untuk menyimpan buku-buku mereka.

Setahun kemudian orang tua kami pindah rumah, pulang kampung. Barang-barang yang dipandang tidak perlu ditinggalkan begitu saja. Mungkin tukang bertut* telah mengambilnya setelah pemilik rumah yang baru mengeluarkannya. Tamatlah sudah riwayat buku-buku kuliah saya.

Sering ada rasa menyesal ketika dihadapkan pada kebutuhan akan buku referensi. Mengapa saya tidak menjaganya atau membawanya saja ke rantau. Ternyata banyak dari buku-buku itu yang masih diperlukan. Ah, sesal kemudian tidak berguna.

Karena pengalaman itulah kemudian menginspirasi saya untuk menyimpan buku-buku bekas kuliah S2 yang berharga. Namun buku-buku itu hanya ditumpuk di atas meja kerja saya. Lama-lama tempatnya dialihkan juga ke dalam kardus-kardus, karena banyak file-file penting yang harus ditempatkan di atas meja agar terlihat bila diperlukan.

Akhirnya kelabakan sendiri ketika mencari-cari buku yang dibutuhkan, karena entah di dalam kardus mana buku itu berada. Kalau sudah begitu ingin rasanya memiliki rak buku yang memadai agar mudah bila mencari sebuah buku yang diperlukan. Terlebih bila bisa memiliki perpustakaan pribadi. Berkat dukungan anak sulung saya, keinginan itu terwujud juga. Sebuah rak buku yang ia disain sendiri dan memesannya ke tukang mebel yang ada di desa tetangga.

Setelah rak buku itu diisi buku-buku, ternyata banyak tempat belum terisi. Untungnya semenjak bergabung di dunia literasi, bertambah juga penghuni rak itu. Timbullah keinginan menambah koleksi buku, dengan demikian mudah-mudahan keinginan memiliki perpustakàn pribadi bisa terwujud. 



Rak buku yang minta penghuni

*bertut= akronim dari barang butut atau barang yang sudah tidak bisa dipakai.
Tukang bertut akan membeli barang-barang itu dengan harga murah  sesuai timbangan dalam kilo gram.

Komentar

  1. Keren, keinginan yang sama tetapi saya masih belum punya ruangan yang memadai.

    BalasHapus
  2. Saya juga pengen mengisi buku dirak, dan buka perpus mini lagi. tapi belum kesampaian .

    BalasHapus
  3. Semangat untuk bisa menambh penghuni Ambu. InsyaAllH ikut program lagerubal insyaAllah akan tmbh penghuni..aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INDAHNYA NAN MERAYU

SEPULUH HARI PERTAMA DI TAHUN BARU Dalam Akrostik

Akrostik: Merdeka Bangsaku