Kesambet di Lose

Sejak pandemi corona melanda, bioskop terkenal di kota itu sepi pengunjung. Tapi rasa penasaran menonton film 'Danur' membuat Putri dan Lenny berangkat juga ke bioskop. Sayang sekali bila 2 lembar tiket gratis dari sepupu mereka tidak diambil.

Sambil menunggu jam 19.00 saat untuk pintu bioskop itu dibuka, Putri berbincang dengan Tian, sepupunya yang memberi tiket gratis itu. Tian adalah pegawai di bioskop tersebut, 1 bulan sekali mendapatkan bonus 3 buah tiket gratis.

" Tian, biasanya banyakan nih yang antre. Sekarang sangat menyusut yah? Tanya Putri.
Tian hanya mengangguk dan tetap duduk di balik meja di ruang tiket.
" Tadi kamu telepon kalo ni tiket di jajaran lose kan? Tanya Putri.
Tian pun tidak menjawab hanya mengangguk.

" Kenapa nih orang? Jutek amat ga mau ngomong?" Bisik hati Putri.

Belum sempat Putri bicara lagi, ternyata pintu bioskop sudah dibuka. Lalu mereka melewati pintu masuk, setelah cek suhu badan dan meemberikan tiket, mereka pun masuk ke ruang bioskop.

Putri merasakan hal yang tidak biasa seketika masuk ke ruangan yang temaram tersebut.
"Ah mungkin perasaan gua aja yang memang gak suka kegelapan," bisik hatinya.
Untungnya tempat duduk mereka ada di lose, jadi tidak harus tergopoh-gopoh berjalan di tempat temaram itu. Di jajaran itu hanya mereka berdua yang mengisi. Tapi di deretan bawahnya banyak juga penonton yang Putri lihat.
" Len, tadi waktu antre masuk perasaan ga banyak yang masuk sini yah?" Tanya Putri kepada Lenny.
"Iya, paling 20an lah, napa emang?" Leni balik bertanya.
" Lo liat tuh banyak juga yah yg nonton bawah," jawab Putri.
"Ya mungkin mereka masuk belakangan dari kita," jawab Leny
" Bisa jadi sih," kata Putri terlihat ragu.
Film pun dimulai, adegan demi adegan mereka tonton dengan antusias , walaupun kadang-kadang Putri menutup wajahnya dengan tangan ketika ada adegan menyeramkan. Sementara terdengar jeritan-jeriitan kecil dari penonton lain di bawahnya. Sampai-sampai Leny heran sama tingkahnya.
"Lo mau nonton apa ngumpet sih? " tanya Leny.
" Sttt.. berisik ah," jawab Putri.

Dua jam berlalu, dan film pun selesai. Lampu penerang jalan pun dinyalakan.
Betapa kagetnya Putri atas apa yang ia lihat. Ternyata hanya sedikit sekali penonton saat itu.
Namun ia tak merespon apa-apa atas keheranannya. Setelah di luar baru ia tumpahkan rasa herannya kepada Leny.
" Len, koq gua tadi lihat banyak penonton di deretan bawah kita, ada yang cekikikan, jerit-jerit kecil selama nonton tadi, lho lihat ngga?" Tanya Putri.
"Pantesan lo tadi bilang banyak yang nonton di bawah kita. Gua gak yakin sih. Tapi emang jarang sih. Yang gua lihat cuma di deretan tengah aja yang terisi itupun cuma 5 apa 6 orang. Selebihnya ada di barisan sebelah kanan kita dari tengah ke atas paling adalah 10 orangan," kata Leny.
Seketika wajah Putri terlihat pucat. Tiba-tiba notif call HP-nya berbunyi, ternyata Tian yang nelpon.
" Gimana Put, puas nontonnya? tanya Tian.
Bukannya menjawab Putri malah balik bertanya," Eh, lo dimana? Mau pulang bareng kan? Gua banyak yang mau ditanyain sama lo nih," kata Putri.
" Pulang? Pulang ke mana? Gua di rumah aja koq, kan hari ini tu libur, makanya dapet tiket tuh buat nonton," jawab Tian.
"Eh... lalu..?" Putri tidak bisa berkata apa-apa karena rasa kaget kedua kalinya membuat ia lemas dan jatuh terduduk.