CATATAN KEPALA SEKOLAH SATU ATAP (Bagian 10-Selesai)
RASA KEKELUARGAAN YANG ERAT TERJALIN
Bisa jadi karena lingkup sekolah yang kecil, jumlah guru yang sedikit dan
mayoritas ibu-ibu, kekompakkan dan rasa kekeluargaan semakin erat terjalin. Hal
itu penting dalam suatu gaya manajemen partisipatif, agar semua unsur mempunyai
rasa memiliki yang tinggi terhadap sekolahnya. Imbasnya diharapkan memengaruhi
kinerja terkait tupoksi mereka sebagai guru. Semangat yang tinggi akan dapat
ditanamkan bila semua memiliki motivasi yang tinggi untuk memajukan sekolah.
Gotong-royong dan asas kebersamaan aku tanamkan dalam mindset kami.
Dalam segala segi kehidupan sekolah, bukan hanya yang bersiffat informal,
tetapi juga yang terkait tugas. Contoh nyata, ketika dana BOS belum cair juga,
sementara sekolah kehabisan cadangan dana maka kami para PNS urunan, menggalang
dana untuk membayar gaji guru-guru honor.
Aku melihat kesempatan itu ada di sekolah ini. Guru-guru yang masih muda
tetapi keadaan ekonominya mapan. Sebagian besar sudah menerima tunjangan
profesi, maka ketika tuprof cair aku mengajak untuk sama-sama meminjamkan
uangnya 3 atau 4 juta rupiah per orang untuk cadangan dana sekolah. Selain itu
sebagai rasa simpati dengan nasib guru-guru honorer.
Rasa kagum akan ketulusan mereka masih
kurasakan dan selalu terkenang sampai sekarang, ketika aku sudah tidak di
sekolah itu lagi. Terima kasih Pak Subhan, Bu Tita, Bu Siti dan Bu Mei, nama
kalian selalu ada di hati Ibu. Juga Bu Nia, Bu Desi, Bu Siska, Pak Ajat, Pak
asep, walaupun kalian guru honorer, naman bakti dan kesungguhan kalian sangat Ibu
rasakan. Selama dua tahun, berkat kalian Ibu bisa mewujudkan apa yang terbaik
untuk sekolah kita saat itu. Berkat kalianlah kesulitan apa pun yang dihadapi
selalu mendapatkan jalan keluar yang baik.
Kenangan-Kenangan Indah
Ah, begitu banyak kebersamaan yang sering kami nikmati. Misalnya, saat berburu durian murah. Pak
Subhan memimpin kami untuk konvoy mencari rumah-rumah yang memiliki buah durian
untuk dijual. Kami pun sepuasnya makan di sana dan membawa pulang untuk keluarga
di rumah. Keseruan itu masih aku ingat ketika musin durian tiba.
Lalu, saat kami, ibu-ibu, ingin berlibur yang sederhana. Kami pergi ke
Jakarta, mengunjungi Kota Tua naik KRL. Sekedar ingin selfie-selfie dan berburu
kuliner yang ada di ibu kota. Setelah puas di sana, kami singgah ke Tanah Abang untuk membeli
batik seragam kami dengan dana masing-masing dan dibantu sekolah yang bersumber
dari hasil warung koperasi sekolah, sebagiannya untuk para guru honorer. Luar
biasa pengalaman saat itu, rasa bahagia terpancar dari wajah-wajah kami. Kami
merasa masih ABG ketika menikmati panorama di Kota Tua, itu aku sadari dari
foto-foto yang aku buka dalam album HP-ku.
Satu lagi moment yang akan selalu kukenang. Ketika itu kami akan mengadakan
rapat akhir tahun menjelang kenaikan kelas. Agar suasana berbeda kami ingin
melaksanakannya di suatu resort wisata yang ada di daerah kami. Aku merasakan
suatu keanehan, kenapa mereka ini bukannya segera berkumpul untuk rapat di area
yang sudah kami booking.
Masing-masing bilang, “Sebentar ya Bu, saya ke sana dulu.” Hmm.. ,aku
biarkan saja toh ada juga dua orang yang belum sampai di tempat itu. Tapi
anehnya gak ada yang mau menemaniku di tempat itu. Masing-masing asyik dengan
diri masing-masing. “Kenapa ya, mereka itu?” kataku dalam hati.
Tiba-tiba dari arah pinggir, mereka bersama-sama datang mengiringi bu Mira
yang membawa kue ulang tahun, dan mereka menyanyikan lagu “ Happy birthday”!
Aku kaget sekali bercampur haru, sampai mataku berkaca-kaca karena bahagia.
Aku berseru,”Ya Allah, terimakasih teman-teman. Ibu sungguh terharu,”
kataku tersendat, sambil menghapus airmata haru. Ternyata tidak hanya itu, ada
beberapa kado juga. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Sungguh sesak oleh rasa
haru, karena mereka begitu perhatiannnya padaku. Lalu kami pun memotong kue dan
menikmatinya bersama-sama sebelum memulai rapat.
Itulah kenangan-kenagan indah yang akan selalu kukenang dan kubawa dalam
ingatan ke mana dan di manapun aku bertugas. Bukan tanpa hambatan, bukan tanpa
intrik yang terjadi. Bukan pula tanpa kesalahpahaman diantara kami. Namun
setiap intrik, setiap hambatan dan setiap kesalahpahaman yang terjadi diantara
kami selalu mencair dengan dilandai kebersamaan dan saling mengerti. Di
manapun, dan dengan siapa pun kita, pasti masalah akan selalu ada. Namun
bagaimana menyikapi masalah dan mencari solusinya, itulah yang akan menentukan
keadaan setelahnya.
Di sekolah kedua itu yang aku ingat hanyalah bagian-bagian menyenangkan dan
membahagiakan semua. Baik dari guru-gurunya maupun anak-anak. Anak-anak yang
begitu dekat denganku, semakin memberi kekuatan padaku untuk terus memperbaiki
layanan yang ingin kuberikan. Anak-anak yang selalu ceria, yang selalu berebut
menyalamiku setiap aku datang, ah, telalu indah untuk dilupakan. Semoga kalian mendapatkan
masa depan yang cerah ya anak-anakku.
Kondisi yang aku ceritakan di atas membuatku semakin betah dan semangat
bekerja di sekolah satu atap ini. Walaupun sekolah yang kecil namun bagaikan
memiliki mutiara yang berkilau. Aku terlanjur sayang terhadapnya. Dan bertekad
tetap menjaganya berkilau dengan taburan-taburan prestasi baik fisik maupun
mentalnya.
Akhirnya Kutinggalkan Jua
Namun, apa pun kehendak kita, hanya kehendak Tuhanlah yang menentukan.
Manusia akan tunduk kepada takdir hidupnya. Begitu pun keberadaanku di sekolah
ini harus kuakhiri, tidak lama setelah aku mendapatkan kejutan ulang tahun itu.
Aku sadari keberadaanku di sekolah ini hanya menjalankan tugas dari negara.
Kemudian aku harus siap pindah ke sekolah lain.
Akhirnya kutinggalkan jua semua yang aku bangun, semua yang aku sayangi,
dan kuanggap sebagai keluarga ke dua dalam hidupku. Doaku semoga sekolah ini
semakin maju di tangan penggantiku, karena aku sadari masih banyak PR yang
belum sempat tersentuh.
Itulah catatan perjalanan menjadi kepala sekolah daerah terpencil dan
sekolah kecil satu atap yang aku abadikan dalam tulisan, semoga menjadi
kenangan abadi, baik bagiku maupun bagi warga sekolah di mana aku pernah
singgah di dalamnya. Tak ada gading yang tak retak. Begitu pun diriku hanya
manusia biasa yang memiliki keterbatasan. Masih banyak yang belum mampu aku
raih dan aku bangun di dua sekolah itu, namun biarlah menjadi pelajaran
berharga bagiku untuk melangkah di sekolah baru nanti.
Selesai.
Tetap semangat menginspirasi di mana pun bertugas, Ambu
BalasHapusMakasih supportnya, Mas Mo..
HapusMengalir bagai air...tulisannya renyah....selamat bertugas dan mengabdi di tempat baru ya ambu...semangat !!
BalasHapusMakasih atas apresiasi dan doanya, Mas Cip..
HapusTerharu saya membacanya, Sehat selalu ya Bu
BalasHapusSetiap jejak Ibu insyallah dicatat sebagai amal kebaikan.
Dan Ibu siap melangkah untuk menebar kebaikan di Sekolah yang akan ibu tuju.
Sehat selalu
Ayo terus menulis
Aamiin.. makasih apresiasi dan doanya, Mas Indra..
BalasHapusterharu membacanya bu sampai menitikkan air mata semoga kerasan ditempat baru bu
BalasHapusAamiin, makasih sudah berkunjung..
BalasHapusSelamat menjalin kebersamaan di tempat yg baru. Semoga sukses selalu
BalasHapusTerima kasih Ibu, doa yg sama untuk Ibu
HapusIkut hanyut saat membacanya, terharu.
BalasHapusMeski tidak terlalu lama di SMPN 5 tapi kesan dan raihan yang ibu peroleh begitu luas dan mendalam
Sukses terus ambu, guruku
Terima kasih apresiasi dan doanya, doa yg sama untuk Neng Pipit...
BalasHapusWah.. Cerita yg menarik ambu... Semoga sukses ditempat kerja yg baru ambu
BalasHapusMakasih atas apresiasi dan doanya yah...
HapusJadi terharu membacanya
BalasHapusSelamat bertugas ditempat yang baru
Sukses untuk Ambu
Terima kasih sudah mampir, doa yang sama untuk Ibu, salam sukses..
BalasHapuskisahnya menyentuh hati...asli bikin terharu
BalasHapuskeren bgt bu 👍👍👍
Makasih atas apresiasinya, Pak Dani..
HapusMaa Syaa Allah. Sangat menginspirasi dan sarat akan ibrah yang dapat kami petik.
BalasHapusMakasih Pak Abduh, aamiin..🤗🙏
BalasHapus